Kiprah Mahasiswa UM Cerita Kuritabaya & HS dari Ampas Tebu

AHASA asing yang masuk ke Indonesia, bisa menggeser keberadaan bahasa lokal. Ini menjadi dorongan bagi lima mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) untuk melestarikan bahasa Jawa.

Lima mahasiswa ini pun berbagi tugas. Mufazatul Istiqomah, Nur Alfiyatuz Zahro dan Nuventin Asna Putri, sebagai penulis naskah. Dua lainnya sebagai ilustrator dan designer, yakni Fathimah Az Zahra dan M Hafidz Rifki F.

Pelestarian bahasa Jawa dilakukan melalui sebuah buku cerita anak Kuritabaya dengan judul pertama ‘Mlaku-Mlaku ing Yogyakarta’. Buku cerita anak ini ditulis dalam bahasa Jawa dan dilengkapi dengan teknologi AR serta fitur lift the flap.

“Buku kami memiliki keunggulan dibanding buku cerita bahasa Jawa lainnya, karena buku kami dilengkapi dengan teknologi AR dan fitur lift the flap”, ujar Nur Alfiyatuz Zahro, salah satu tim penyusun.

Buku cerita anak bahasa Jawa ini, menceritakan petualangan yang dilakukan dua tokoh anak kecil yang menjelajahi Yogyakarta. Buku yang diproduksi sejak Juni 2021 ini, sudah terjual sebanyak 59 unit buku.

“Untuk produksi sampai tahap pengontrolan dimulai sejak bulan Juni sampai bulan Agustus. Bulan keempat (September) kami sudah ready stok atau sudah melakukan penjualan. Kami sudah memproduksi sebanyak 62 unit buku. Terjual sebanyak 59 unit buku”, tambah Nur Alfiyatuz Zahro.

Buku cerita anak bahasa Jawa dapat ditemukan di marketplace dengan harga yang terjangkau, yakni Rp 155.000. Dalam pembuatan buku ini banyak dukungan yang diperoleh beberapa pihak, seperti sekolah dasar di Kota Malang, Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang dan Kota Batu dan Peneliti Sastra Jawa Timur.

Selain mereka, mahasiswa UM lainnya juga berinovasi. Terkait dengan pandemi covid, yang sudah jadi bagian hidup masyarakat. Maka masker dan hand sanitizer merupakan dua benda penting dalam menangkal virus.

Kondisi ini mendorong lima mahasiswa berinovasi dalam hal hand sanitizer. Bahan yang digunakan unik. Limbah ampas tebu yang diberi nama Hydroma. Tim tersebut adalah Daffa’ Rizal D (Biologi), Eka Nurkhayati (Biologi), Aulia Qisti (Kimia), Tiara Novia (Pendidikan Kimia) dan Thoriq Aziz (Akuntansi).

Selain dari limbah ampas tebu, produk ini berbahan dasar bioethanol. Mampu mengatasi iritasi etanol yang dialami masyarakat. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu anggota tim, Eka Nurkhayati.

“Hand sanitizer di pasaran banyak mengandung etanol dan alkohol.

Akibatnya, 7 persen orang di Indonesia mengalami alergi. Itulah yang mendorong kami membuat solusi dengan menciptakan hand sanitizer berbahan dasar bioetanol dan limbah ampas tebu,” ujar Eka Nurkhayati.

Produk ini diproses sejak Juni 2021. Sempat terhambat karena PPKM di Kota Malang. Menyebabkan keterbatasan tempat untuk produksi dan uji klinis.

“Hambatan pasti ada. Apalagi, saat itu Kota Malang sedang menjalankan PPKM. Itu yang menyebabkan tempat kami produksi dan uji klinis terbatas,” tambah Eka Nurkhayati.

Namun, kendala ini tidak menghambat proses. Karena, produk Hydroma telah terjual sebanyak 245 produk di 29 kota dan kabupaten seluruh Indonesia.

Tidak hanya di Indonesia, produk Hydroma telah melakukan ekspansi pasar ke 3 negara Asia dan Eropa,seperti Singapura, Turki, dan Jerman.

Produk ini memiliki empat jenis kemasan. Dua kemasan gel dan dua kemasan spray. Harga yang dipatok juga ekonomis Rp 10 ribu sampai Rp 25 ribu. (M Abd Rahman Rozzi-Januar Triwahyudi)

Download HARIAN DI’S WAY MALANG POST 20 SEPTEMBER 2021