UM Kukuhkan 2 Guru Besar Baru di Bidang Teknologi Tepat Guna dan Material Manufaktur

SURYAMALANG.COM | MALANG – Universitas Negeri Malang (UM) mengukuhkan dua profesor baru, Kamis (8/4/2021).

Keduanya dari Fakultas Teknik, yakni Prof Dr Muhammad Alfian Mizar MP sebagai profesor bidang teknologi tepat guna dan Prof Dr H Heru Suryanto ST MT sebagai profesor bidang material manufaktur. 

“Saya profesor pertama di UM bidang ini,” jelas Alfian pada suryamalang.com usai gladi bersih, Rabu (7/4/2021) di Graha Cakrawala UM.

Disebut teknologi tepat guna jika produknya memeliki nilai ekonomi tinggi, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan tak merusak lingkungan serta mudah dioperasionalkan pengguna karena bukan high tech.

Biasanya produk itu untuk memenuhi kebutuhan IKM.

“Ketertarikan saya pada bidang itu ya saat jadi dosen manufaktur, fabrikasi. Ada sisi-sisi menarik  yang bisa menghasilkan teknologi tepat guna,” kata pria kelahiran Tuban, 58 tahun lalu.

Kepala Pusat Sentral Haki UM menghasilkan beberapa produk tepat guna, seperti mesin pengupas kacang, wijen, kapal penebar pakan ikan dll.

Ide kapal penebar pakan ikan itu juga berbasis kebutuhan masyarakat.

Peternak kerepotan membawa pakan ternak saat menebar pakan, sedang tambaknya luas.

Dengan teknologi, maka untuk menebar pakan ikan tinggal menggerakan remote agar besaran ikan juga merata.

Terbaru, ia membuat mesin gosok untuk kulit kerajinan.

Dijelaskan, agar produktif diriset terapan, ia selalu berbasis kebutuhan masyarakat.

Selain menghasilkan produk, juga jurnal internasional dan bisa dipatenkan.

“Memang banyak jenis riset. Tapi sayang jika riset hasil luarannya hanya laporan. Padahal biayanya besar. Kalau saya, sekali riset bisa hasilkan tiga luaran,” tandasnya.

Sedang Heru Suryanto, dosen Teknik Mesin FT UM ini mengupas rekayasa interface sebagai faktor kunci keberhasilan manufaktur komposit polimen yang diperkuat serat alam.

Latar belakang kajian interface komposit ini adalah keberagaman kekayaan alam Indonesia.

Tapi tak banyak yang memanfaatkannya, khususnya tanaman serat sebagai komposit material baru. 

Padahal banyak jenis tanaman serat di Indonesia yang berpotensi jadi komoditas industri, seperti pelepah pisang, daun nanas, ampas tebu dll.

“Temuan baru saya dari serat mendong. Tanaman mendong khas Malang. Banyak di Kecamatan Wajak. Tapi sayangnya hanya untuk tikar, alas kaki. Saya lihat, serat mendong  bisa jadi material komposit,” kata Heru. 

Alasan mengangkat mendong karena kearifan lokalnya dan mendong Wajak cukup dikenal di Malang.

“Kalau di Blitar, bisa memanfaatkan daun nanas untuk kearifan lokal,” jawabnya.

Temuan itu juga ia jadikan tulisan di jurnal.

Mendong sendiri banyak jenisnya, namun ia mengaku untuk sementara penelitian di mendong dihentikan.

Sebab UM memiliki pusat riset unggulan universitas di bidang energi terbarukan.

“Nanti, material komposit-komposit saya arahnya kesana,” jelasnya.

Sumber| https://suryamalang.tribunnews.com/2021/04/07/um-kukuhkan-2-guru-besar-baru-di-bidang-teknologi-tepat-guna-dan-material-manufaktur?page=all