Teliti Kearifan Lokal dari Bantaran Sungai

Teliti Kearifan Lokal  dari Bantaran Sungai , Malang Post 30 Juni 2018

Teliti Kearifan Lokal dari Bantaran Sungai , Malang Post 30 Juni 2018

Download Malang Post 30 Juni 2018

RAG AM kearifan local bisa digali dari pinggiran sungai. Hal ini dibuktikan Dekan Fakultas llmu Sosial UM, Prof Dr Sumarmi MPd yang mempelajari ragam kearifan lokal setiap daerah. Pada kesempatan riset terbarunya, wanita asli Kcdiri ini juga mengembangkan pembelajaran berbasis eksperimental learning untuk siswa SMA di daerah Madura, Tulungagung, Banyuwangi, hingga Bali.

f Di Banyuwangi dan Bali, warga setempat memiliki etika lingkungan yang tinggi. Selama meneliti dua daerah ini. Guru besar Fakultas llmu Sosial UM tersebut mengklasifikasikan perhatian yang sama yakni pada kelestarian hutan. Seperti keyakinan Trihitakarana di Bali yang mengupas hubungan antara tiga komponen yakni Tuhan, manusia, dan lingkungan.

“Warga Bali tidak boleh menebang hutan sembarangan, karena hanya boleh menebang saat pohon mati agar tetap lestari. Mereka tak hanya mendapat pendidikan kearifan lokal melalui sekolah dan kcluatga namun juga masyarakat yang disebut trunonyoman,” ungkap Sumarmi.

Begitupun daerah Banyuwangi yang memiliki hutan terlarang. Hutan menurut mereka sebagai penyimpan air. Tak ayal, air sangat penting bagi kehidupan raasyarakatnya karena sebagian besar peketjaan mereka adalah petani/’Kalau w’arga Banyuwangi memiliki kepercayaan hutan larangan dan leluhur. Yang terpenting bukan soal keramatnya tapi kearifan lokal yang dimiliki w&rga dan etika lingkungan tinggi,” tandas wanita berambut pendek ini.

Berbeda halnya, dengan warga di Madura yang memiliki kebiasaan unik dengan membuat onjem yang digunakan sebagai tempat hidup ikan-ikan kecil. Warga bergotong-royong membuat onjem di pesisir laut dangkal di daerah Madura.

“Untuk meningkatkan kepedulian lingkungan pada siswa SMA, maka saya juga mengajak mereka untuk menanam tanaman mangrove di pesisir pantai di Madura,” pungkasnya.

Lulusan S3 ilmu lingkungan di Brawijaya tersebut, mengadaptasikan kearifan lokal di daerah lain dengan kota Malang. Menurutnya kota Malang memiliki beragam budaya, namun belum memunculkan satu ciri khas. Sehingga perlu digali lebih dalam kearifan lokalnya.(mg3/oci)

Leave a Reply

Your email address will not be published.