Prof Wardiman Djojonegoro ke Kediri, Sebut Budaya Panji Menjadi Spirit Pemersatu Bangsa

SURYAMALANG.COM, KEDIRI – Budaya Panji telah memberikan spirit menjadi budaya pemersatu bangsa Indonesia. Upaya ini harus terus diwujudkan dengan memberikan porsi kegiatan budaya Panji dalam kehidupan bermasyarakat.

“Kami sangat tertarik dan menyambut baik tema kegiatan tahun depan yang mengusung Budaya Panji sebagai pemersatu,” ungkap Prof Dr Wardiman Djojonegoro, mantan Mendikbud dan Pemerhati Budaya Panji usai seminar Budaya Panji Nusantara di Ruang Sekartaji Pemkab Kediri, Kamis (11/7/2019).

Diakui Prof Dr Wardiman Djojonegoro, saat ini apresiasi masyarakat terhadap budaya Panji masih rendah, sehingga harus ditambah dengan berbagai publikasi, industri budaya dan mendapatkan relevansi sebagai pemersatu.

Apalagi pendidikan di daerah saat ini telah menjadi kewenangan dari pemerintah daerah. Sehingga kepala daerah harus mendorong dengan memasukkan budaya Panji menjadi muatan lokal (mulok) pendidikan di sekolah.

Hanya saja di Kediri yang sekitarnya yang menjadi tempat lahirnya budaya Panji masih sangat kurang. Terbukti setiap kegiatan perlombaan dengan tema mengangkat budaya Panji pesertanya masih tidak terlalu banyak.

Malahan dibanding dengan Malang sangat jauh antusiasnya. “Meski kegiatannya ada, tapi masih belum seperti daerah lain sehingga perlu terus didorong lagi,” ungkapnya.

Namun Prof Wardiman mengaku optimistis dengan harapan dan keinginan dari Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Kedirk yang mulai tahun depan bakal semakin mendorong budaya Panji.

“Panji itu besar dan sangat mempunyai sejarah yang besar. Ini karya besar nenek moyang kita,” ungkapnya.

Sehingga sudah saatnya budaya Panji semakin didorong lagi yang lebih luas dan relevan.

Sementara Henry Nurcahyo, pegiat budaya Panji mengemukakan Panji merupakan sebagai sarana untuk membangkitkan kebudayaan Nusantara.

“Kalau kita mengadakan Festival Panji diharapkan mampu membangkitkan semangat rakyat sebagai ekosistem kebudayaan dari kita untuk semua,” ungkapnya.

Namun Henry juga mengkritik kegiatan Festival Panji menjadi kegiatan festival pemerintah. Sehingga sudah saatnya kegiatan Festival Panji bukan menjadi kegiatan plat merah yang menjadikan masyarakat dan seniman sebagai objek penderita.

“Dalam ekosistem kebudayaan ada kesejajaran antara pemerintah, seniman, pelaku seni, rakyat dan penjual makanan. Sehingga kalau ada Festival Panji tidak memposisikan rakyat sebagai pelengkap penderita,” jelasnya.

Supaya kegiatan Festival Panji tidak menjadi kegiatan plat merah telah diusulkan penyelenggara kegiatan dilakukan oleh Konsorsium Budaya Panji.

Sementara sejarawan Dwi Cahyono dari Universitas Negeri Malang (UM) menyebutkan, spirit persatuan budaya Panji masih sangat relevan. Karena yang terkandung dalam spirit cerita Panji merupakan spirit integrasi.

“Walaupun cerita Panji dari masa lampau, tapi dalam konteks ke Indonesian sekarang memiliki relevansi. Karena Indonesia didesain sebagai negara persatuan,” ungkapnya.

Karena cerita Panji juga menggambarkan kekuatan cinta kasih yang mampu mengatasi perseteruan dan permusuhan bahkan mampu mengatasi benturan fisik.

“Dengan kekuatan cinta itulah, maka senjata diganti dengan cinta. Solusi akhir bagi sebuah pertengkaran itu adalah ranjang,” ungkap Dwi Cahyono disambut tepuk tangan peserta seminar.

Sumber dari: https://suryamalang.tribunnews.com/2019/07/12/prof-wardiman-djojonegoro-ke-kediri-sebut-budaya-panji-menjadi-spirit-pemersatu-bangsa?page=all

Leave a Reply

Your email address will not be published.