Surya, 26 September 2016

Surya, 26 September 2016

Mencetak Generasi Mukidi

Bukan, ini Bukan tentang Mukidi yang beken pada Mukidi sah-sah saja dilakukan, Dan ide itulah yang muncul daJain bentuk visual yakni pester karya Cristian Ade Prasetia dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang dilombakan di ajang Olimpiade Nasional Bimbingan dan Konseling, Kamis (22/9) di Universitas Negeri Malang.

Cristian Ade Prasetia mengangkat tema problematik remaja masa kini, mulai dari pernikahan dini, bullying, dan krisis moral. Poster dikemas komunikatif sebagai sarana pemberian informasi kepada siswa mehgenai permasalahan yang menghadang perjalanan masa muda mereka.

Nah, mukidi yang dimaksudkan di sini adalah Menolak untuk Perkawinan Dini, Mukidi sebagai sarana pendekatan meminimalisir pernikahan dini dengan nama yang familiar dan mudah untuk diucap. Tak menutup kemungkinan, istilah mukidi bakal terus diingat pembaca dan penikmat postemya hingga para jun pun terkesima.

Meski zaman sudah modern dan pola pikir rerpaja sudah out of the box, tidak menutup terjadinya pernikahan dim.Hal tersebut sudah selayaknya menjadi perhatian seluruh lapisan masyarakat dan bukan saatnya hanya bergantung pada pemerintah semata.

Nah, permkahan dini inilah yang dimimimalisir oleh guru-guru Bimbingan dan Konselmg (BK) sebagai pihak yang secara langsung bermtemksi dengan siswa

Data statist* menunjukkan, Indonesia monduduki permgkat kedua pernikahan dini doAsia tenggara Ada dua juta dari 7,3 juta perempuan Indonesia yang memkah di lawah usia 15 tahun.

Begitu marak dan riskan pernikahan dini di Indonesia, tidak sedikit pula dampak yang dimunculkan dari pernikahan dini ini. Salah satu penyumbang terbesar dari tingginya angka perceraian juga kematian ibu dan anak.

“Dikarenakan pula kurangnya pembekaian bagi remaja dan informasi apa yang bisa dilakukan oleh mereka,” kata juri media Poster BK. Nah, sudah siapkah kau menjadi generasi,mukidi?(http://surabaya.tribunnews.com/2016/09/24/mettggagas generasi  nmkidi-indones in)