Kisah Kala Pandemi Mahasiswi Asing UM. Sempat Kena Covid-Wisatanya ke Pantai

MALANG KOTA-Mulai 2019, Raharimalala Narindraniaiana Eliosa dan Shimaa Fouad sudah menginjakkan kakinya di Kota Malang. Raharimalala yang berasal dari Madagaskar melanjutkan studi S2 manajemen. Sedangkan Shimaa melanjutkan studi S2 Pendidikan Bahasa. Tiga tahun berada di Kota Malang, hari-hari Raharimalala lebih banyak dihabiskan di asrama internasional.

Di sana lah dia banyak mengerjakan tugas. Saat jenuh, Eli-sapaan karibnya- kerap memilih pergi pantai. Saking seringnya dia pergi ke pantai, Eli mengaku tidak bisa menghitung berapa banyak tempat yang sudah dikunjungi. Untuk melepas kejenuhan, dia juga sering menyalurkan hobinya bernyanyi. ”Jadinya teman-teman di asrama mengenal kamar saya sebagai kamar yang paling berisik,” terang dia sembari tersenyum.

BETAH: Raharimalala Narindraniaiana Eliosa (kiri) dan Shimaa Fouad berada di Kota Malang sejak 2019. Selama pandemi, keduanya belum pernah pulang ke negara asalnya. (darmono/ Radar Malang)

Tak hanya sekadar hobi, Eli juga sempat menyabet predikat juara pertama pada kompetisi menyanyi untuk mahasiswa internasional se-Indonesia, yang diselenggarakan di Solo, Desember 2020 lalu. Saat itu, dia membawakan lagu berjudul Banyu Langit dari Didi Kempot. ”Saya hafalan lagu itu selama seminggu,” imbuh dia.

Di Kota Malang, dia mengaku cukup betah. Dia tidak kesulitan untuk beradaptasi karena cuacanya sedang. Tidak terlalu panas, juga tidak terlalu dingin. Salah satu pengalaman yang membuatnya kurang nyaman di Kota Malang terjadi saat bulan Ramadan. Sebab di momen itu, Eli kerap merasa sungkan dan malu apabila makan saat teman-temannya sedang berpuasa. ”Jadinya harus tahu waktu,” kata dia. Khusus untuk menu makanan, Eli mengaku sangat menyukai ayam goreng krispi, yang banyak dijajakan di sekitar kampus UM. ”Saya juga suka nasi goreng,” imbuhnya.

Cerita berikutnya datang dari Shimaa Fouad. Saat memilih melanjutkan studi di UM, dia sudah tahu bila Indonesia adalah negara kepulauan. Dan, tak sulit baginya untuk berlibur ke tempat favoritnya, yakni pantai. Namun saat berada di Malang, dia mengaku kaget ketika mendengar jawaban dari petugas koordinasi mahasiswa internasional. ”Katanya dulu butuh waktu beberapa jam untuk sampai ke pantai,” terang Shimaa. Meski begitu, beberapa kali dia sudah mencicipi indahnya pantai di Kabupaten Malang.

Menjalani pandemi di negeri orang, Shimaa juga punya cerita kurang mengenakkan. Tahun lalu, dia sempat dinyatakan positif Covid-19, dan harus menjalani isolasi mandiri (isoman). Saat berada di salah satu titik terendah dalam hidupnya itu, Shimaa bisa merasakan kasih sayang dari rekan-rekannya. ”Saya selalu di-support dan mendapat kiriman makanan,” terangnya. Karena itu, setelah dinyatakan sembuh, dia makin nyaman dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya.

Saat ini, selain menghabiskan waktu menempuh kuliah, dia juga aktif membuat konten di YouTube. Mayoritas isi kontennya berkaitan dengan hobinya travelling. ”Pokoknya pas pergi ke pantai atau wisata alam, pasti bikin konten juga,” kata dia. Di kanal You Tube-nya, Shimaa juga sering membagikan edukasi. Dia sempat berkolaborasi bersama Eli untuk mengangkat tema tentang pendapat umat Kristen dari Madagaskar tentang Indonesia. Kini, diakui Shimaa dan Eli rasa rindu dengan ’rumah’ tetap ada. Namun karena tuntutan di bangku perkuliahan masih ada, kedunya tetap stay di Kota Malang. ”Nanti kalau sudah pulang juga akan merindukan Malang,” tutup Shimaa. (rb5/by)

Sumber| https://radarmalang.jawapos.com/pendidikan/30/01/2022/kisah-kala-pandemi-mahasiswi-asing-um-sempat-kena-covid-wisatanya-ke-pantai/