Jangan Sampai Punah, Pertahankan Identitas Bahasa

Jangan Sampai Punah, Pertahankan Identitas Bahasa

Pembangunan berkelanjutan, yang saat ini akrab disebut dengan Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kiblat atau pedoman pembangunan bagi beberapa negara di dunia. Sesuai dengan prinsip SDGs yaitu no one left behind, Indonesia turut serta berpacu, tidak mau ketinggalan dalam mengikuti agenda tersebut.

Salah satu aspek kekuatan pencapaian SDGs adalah bahasa. Isu bahasa yang kini timbul di dunia Internasional adalah multilingualisme.

Multilingulisme merupakan suatu keadaan suatu masyarakat atau individu yang ditandai oleh kemampuannya memakai lebih dari dua bahasa. Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh internal dan eksternal.

Jangan Sampai Punah, Pertahankan Identitas Bahasa

ist

Salah satu pengaruh internal adalah motivasi individu untuk pemenuhan kebutuhannya. Sedangkan beberapa pengaruh eksternal penggunaan banyak bahasa di antaranya tuntutan keadaan, peran, dan lingkungan. Isu bahasa menjadi sorotan UNESCO.

Saat ini Universitas Negeri Malang (UM) merupakan satu-satunya perguruan tinggi yang mendapatkan kunjungan Project Leader of UNESCO Chair. Kunjungan itu dikemas dalam kegiatan guest lecture atau kuliah tamu, yang dilaksanakan Senin (21/5/2018).

Sesi pertama dilaksanakan di Gedung A3 lantai 2 UM dan sesi kedua dilaksanakan di Aula Fakultas Sastra UM. Dua pemateri hebat yang memiliki andil dalam proyek “Language Policies for Multilingualism” UNESCO adalah Gilvan Muller De Oliveira (Federal University of Santa Ctarina Brazil) dan Edleise Mendes (Federal University of Bahia Brazil).

Gilvan mengungkapkan, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang didayaupayakan untuk memenuhi kebutuhan tanpa menyusahkan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan melalui aspek bahasa dinilai penting karena bahasa merupakan sarana kesuksesan aspek-aspek pembangunan lainnya.

Edleise menggunakan sudut pandang budaya. Bahasa bukan lagi sekadar bagian yang dikotak-kotakkan dalam budaya. Bahasa bukan bagian budaya, tetapi bahasa itu adalah budaya. Pemateri itu gamblang mengungkapkan, bahasa di seluruh dunia itu bukan sekadar pembelajaran ilmu bahasa.

Menurutnya, adanya banyak bahasa yang digunakan oleh individu bukanlah suatu masalah. Justru penggunaan banyak bahasa dapat menghindarkannya dari kepunahan.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh International of Affairs UM ini memberikan wawasan kebahasaan pada tingkat lokal maupun internasional. Aneka bahasa yang ada di tingkat lokal hendaklah senantiasa dikembangkan demi pemertahanan identitas.

Pada tingkat internasional, rupanya bahasa menjadi salah satu fokus perhatian dan pengukuran UNESCO untuk selanjutnya digunakan sebagai salah satu kekuatan pencapaian SDGs 2030.

Penulis: Nila Ayati Nuzula Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

Sumber dari: http://surabaya.tribunnews.com/2018/05/24/jangan-sampai-punah-pertahankan-identitas-bahasa

Leave a Reply

Your email address will not be published.