Elegi Madu Gurun

Elegi Madu Gurun, Malang Post 6 Agustus 2017

Elegi Madu Gurun, Malang Post 6 Agustus 2017

Download Malang Post 6 Agustus 2017

“Madu gurun atau madu batu ini madu yang unik. Madu ini bisa mengobati berbagai penyakit pemapasan seperti batuk dan sakit paru-paru. Madu gurun ini kualitasnya terjamin. Lebih tahan lama dibanding madu cair.” Merly menerangkan produk andalannya dengan menggebu-gebu.

Aku cuma mengangguk-angguk sambil berharap segera dipanggil monlir motor. Kenapa servis motorku lama sekali padahal cuma ganti lampu depan dan belakang?

“Sava sudah membuktikan manfaat madu ini untuk membersihkan residu rokok dalam paru-paru suami saya dan mengobati penyakit batuk putra saya, Mereka sekarang sudah sembuh. Mujarab sekali,” Entah kenapa Merly tersenyum begitu senang sampai pipinya merona.

Tiba-tiba rona itu memudar pelan-pelan disaput kepedihan yang mendalam. Merly menangis dalam diam, hanya dua tetes air mata yang mengalir tetapi itu sudah menggambarkan betapa dia begitu terluka.

Aku tak punya tisu, jadi cuma bisa tertegun. Merly segera menyusut wajahnya dengan saputangan dari dalam tasnya.

“Suamiku telah pergi. Aku meninggalkannya ketika dia sembuh dari sakitnya. Selama sakit, aku selalu merawatnya setiap hari. Ketika sembuh. dia justru selingkuh dengan adikku sendiri. Seharusnya aku lega dia telah pergi jauh. Aku tak perlu lagi melihat wajahnya.” Dia meremas saputangannya sampat buku jarinya memutih.

Mulutku terkunci. Bahkan aku sudah tak memedulikan lagi panggilan dari speaker. Di ruangan itu seolah hanya ada kami berdua.

“Anakku mungkin juga tak akan kembali.” Jari-jemarinya meregang, lalu telapak tangannya terbuka seolah siap menampa semua kesedihan di dunia.

“Putraku baru lulus kuliah. Entah Mata perempuan berkacamata itu terbelalak.

Sulit mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang kuliah. Tak perlu kukatakan betapa irinya aku dengan teman sekelasku yang lain, sebut saja Teguh dan Angga. Teguh kini mengajar di sebuah SMK Negeri berkat menyogok kepala sekolah dan kepala dinas. Dia sudah diangkat jadi PNS hanya selang setahun sejak wisuda. Padahal kami semua tahu dia hobi copy paste dalam mengerjakan tugas dan sering bolos. Entah berapa ratus juta uang yang digelontorkan pengusaha bahan bangunan seperti orang tua Teguh untuk membayar pabrik skripsi dan suara membeli nomor induk pegawainegeri sipil di pemerintahan. Aku tak tahu apa yang diajarkannya pada murid-murid di sekolah karena dulu seingatku dia bahkan tak pernah begus menggambar rancang mesin. Apa yang bisa dilakukan anak petani yang merantau sepertiku? Sementara hargaken tang terus menurun.

“Kok bisa?” Mimik tercengang masih menguasai wajah perempuan itu.

“Sudah biasa kok, Bu.”
“Panggil saja‘Merly’,”

“Baik, Bu Merly” Aku tak bisa berdusta memanggil perempuan pamh baya berata sipit ini tanpa embel-embel ‘Bu’sebagai tanda rasa hormat Begitulah perempuan. mereka seringkali membohongi masa tua. “Nama saya. Sofyan.”

“Ini kartu nama saya. Saya penjual madu gurun.” Dia menyodorkan sebuah kartu bergambar lebah dan bunga segar.

Sudah kuduga. perempuan ini pastilah salesmen yang suka memaksa orang di sekitarnya untuk membeli produk herbal yang tak jelas itu. MLM murahan dengan kualitas produk yang  meragukan. Pantas saja dia begitu ramah dan antusias mengajakku bicara. Dengan gagu, kuterima kartu itu lain kubaca sekilas.

Leave a Reply

Your email address will not be published.