Bertemu Menteri, Diminta Aplikasikan Ilmu di Dalam Negeri

Kerja keras Mohammad Suhaili akhirnya terbayar. Akhir tahun lalu, dia menjadi salah satu wakil Indonesia dalam United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) Youth Forum di Geneva, Swiss. Dalam organisasi di bawah PBB itu, guru Islamic itu mengenalkan entrepreneur literacy.

Mohammad Suhaili memang baru enam bulan ini menjadi pengajar entrepreneur di SMA Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS). Meski begitu, Suhaili sudah cukup mewarnai sekolah yang berada di Jalan Tirto Sentono Nomor 15, Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Terbaru, Suhaili menjadi salah satu wakil Indonesia di United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) Youth Forum. Konferensi itu digelar di Geneva, Switzerland, 22–26 Oktober lalu.

UNCTAD, seperti diketahui, adalah organ utama majelis umum PBB yang khusus menangani isu perdagangan, investasi, dan pembangunan.  Tidak sembarang orang bisa mengikuti forum yang digelar UNCTAD.

Ada seleksi ketat yang harus dilalui. Suhaili menceritakan, pada mulanya, dia harus mengirimkan esai. ”Temanya adalah entrepreneur literacy (literasi kewirausahaan),” ujar guru berusia 25 tahun itu.

Esai  itu harus singkat. Tak lebih dari 500 kata.  ”Karena sedikit, harus mikir apa saja yang paling penting untuk ditulis,” kata dia sambil menyalakan laptop miliknya.

Selain esai itu, Suhaili melanjutkan, calon peserta diminta membuat video motivasi durasi 2 menit. ”Ini juga bingung lagi karena gak biasa buat video dan waktunya juga singkat,” ujarnya, lalu tertawa.

Meski begitu, esai dan video itu bisa dia selesaikan dengan baik. Tapi, perjuangan tak selesai sampai di situ.

Sebab, esai dan video yang dia dikirimkan harus bersaing dengan esai dan video dari 3.000 calon peserta lainnya. Para calon peserta itu berasal dari berbagai negara.

”Yang lolos akhirnya 250, tapi yang mengikuti kegiatan UNCTAD hanya 156 orang,” ungkap dia.

Dalam esainya, Suhaili mengangkat apa yang selama ini diajarkan di Tazkia. ”Juga saya masukkan pengalaman yang dulu (sebelum menjadi pengajar di Tazkia),” ujar alumnus Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Malang (UM) itu.

Saat masih kuliah, dia pernah membuat usaha sendiri. Meski sebelumnya orang tuanya melarang. ”Ayah saya PNS, jadi gak dibolehin buat usaha. Intinya, saya harus kuliah yang bener dan kerja,” ujar putra pasangan dari Mohammad Rahbini dan Juhairiyah itu.

Namun, dia tetap nekat. Mulai merintis usaha jual sepatu sampai buat rengginang. ”Saya buat esai tentang literasi kewirausahaan yang tujuan belajar keterampilan berwirausaha dan membuka mindset,” jelas dia.

Menurut Suhaili, apa yang diinginkan orang tuanya memang tidak salah. ”Namun, harus tahu juga bahwa keterampilan berwirausaha itu bisa digunakan tak hanya di dunia usaha. Tapi, juga saat di dunia kerja,” katanya.

Saat diumumkan lolos, Suhaili pun senang. Tapi setelah itu, dia bingung karena butuh biaya besar untuk mengikuti forum itu. Perkiraan dia kala itu, butuh Rp 40 juta untuk biaya transportasi pulang pergi dan akomodasi selama berada di sana.

”Saya hampir frustrasi karena tidak ada biaya, tapi pas menjelang di akhir mendapatkan telepon dari perwakilan tetap Republik Indonesia (PTRI) di Geneva. Selain itu, pihak sekolah juga mau membantu,” ujar dia.

Suhaili pun mendapatkan bantuan biaya untuk mengikuti forum itu. Meski dia juga masih harus merogoh kocek sendiri.

Namun, semua seolah terbayar lunas ketika Suhaili berada di Geneva dan mengikuti forum tersebut. Sebab, ada banyak pengalaman dan pelajaran baru yang dia dapatkan.

Hari pertama, dia mendapatkan materi tentang teknologi dalam wirausaha. Lalu hari kedua, materi dari delegasi yang berhasil membangun ekonomi dunia. Sedangkan di hari ketiga, ada materi tentang pasar lokal yang terkoneksi dengan pasar global.

Sementara di hari terakhir, ada focus group discussion (FGD). ”Kami membuat forum dan memberikan gagasan,” ujar dia.

Saat pertemuan tersebut, Suhaili menjelaskan, berbarengan dengan pertemuan World Investment Forum. ”Saat itu ada menteri PPN/Bappenas (Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Prof Dr Bambang P.S. Brodjonegoro),” ungkap Suhaili.

Suhaili dan sejumlah delegasi dari tanah air sempat bertemu dengan Menteri PPN/Bappenas. ”Beliau menanyakan apa yang kami aplikasikan di Indonesia nanti,” ujar dia.

Dari forum itu, cukup banyak yang diaplikasikan nantinya. ”Yang pasti saya aplikasikan saat mengajar,” ungkap dia.

Di antaranya, dalam pengembangan usaha tetap harus mempertimbangkan tentang alam. ”Jangan sampai mengembangkan usaha, tapi tidak memperhatikan lingkungan. Akibatnya, bisa lebih besar,” tandasnya.

Sumber dari: https://radarmalang.id/bertemu-menteri-diminta-aplikasikan-ilmu-di-dalam-negeri/

Leave a Reply

Your email address will not be published.