23 Mahasiswa Asal Amerika Belajar Dangdut, Gamelan, Menari dan Membatik di Universitas Negeri Malang

 

SURYAMALANG.COM|MALANG- Sebanyak 23 mahasiswa dari Amerika Serikat (AS) belajar bahasa dan budaya Indonesia di Fakultas Sastra (FS) Universitas Negeri Malang (UM).

Puluhan mahasiswa asing ini mengikuti program Critical Language Scholarship (CLS) yang dibiayai Kemenlu AS lewat American Council.

Penyambutan kedatangan mereka dilakukan meriah di gedung D14 FS, Senin (20/6/2022).

23 Mahasiswa Asal Amerika Belajar Dangdut, Gamelan, Menari dan Membatik di Universitas Negeri Malang

Yosua Siagian, 21 dan Nadja Bartlebaugh, 21 merupakan mahasiswa keturunan Indonesia dari Amerika Serikat yang ingin meningkatkan kemampuan Bahasa Indonesia secara formal lewat program Critical Language Scholarship (CLS) yang dibiayai Kemenlu AS lewat American Council di Universitas Negeri Malang (UM) selama dua bulan. Seluruh peserta program ini sebanyak 23 orang. 

Dari 23 orang, ada dua orang yang merupakan keturunan Indonesia. Yaitu Yosua Siagian, 21 dan Nadja Bartlebaugh, 21.

Kedua mahasiswa keturunan Indonesia ini ingin meningkatkan kemampuan Bahasa Indonesia secara formal.

“Kalau saya lahir di Jakarta. Tapi sejak kecil saya tinggal di Amerika karena ayah  bekerja disana,” kata Yosua pada suryamalang.com.  Di rumah, keluarganya berbahasa Indonesia, Batak dan Inggris. 

Kedua orangtua Yosua semuanya merupakan warga Indonesia keturunan Batak.

“Tapi untuk Bahasa Indonesia, saya tidak mendapatkan secara formal. Sehingga saya ikut program ini,” kata mahasiswa ini. Respons orangtuanya juga senang ia bisa lolos di CLS. Sebab sebagai orang Indonesia, ia juga ingin keturunannya nanti juga bisa berbahasa Indonesia.

“Kebetulan juga saya sudah 10 tahun tidak pernah ke Indonesia,” jawabnya. Selain bahasa, ia ingin belajar gamelan saat di UM.

Sedang Nadja Bartlebaugh, ayahnya orang Amerika dan ibunya orang Indonesia.

“Supaya Bahasa Indonesia saya semakin baik,” jawab Nadja ketika ditanya alasan ia ikut CLS. Saat di acara itu, satu peserta mengenalkan diri termasuk asalnya. 

Ditambahkan Dr Gatut Susanto MM MPd, Institute Director of CLS Indonesia, kedatangan mahasiswa AS lewat program ini terakhir pada 2019.

Setelah pandemi Covid-19 reda, mahasiswa asing yang ingin belajar bahasa dan budaya Indonesia datang lagi.

“Ini yang kedua. Pertama, UM kedatangan 10 mahasiswa Thailand. Dan kedua, ada 23 mahasiswa AS ini,” jawab Gatut.

Dibanding tahun 2019, jumlah mahasiswa AS tahun ini turun sedikit. Semula 26 menjadi 23 orang.

“Ini karena biayanya meningkat. Jika sebelumnya kan tinggal di rumah orang Indonesia. Sekarang tinggal di hotel untuk menjaga prokes,” jawabnya.

Tema yang diangkat tahun ini adalah social development. Materi yang diberikan adalah bahasa dan budaya.

Sedang tema topik disusupkan ke materi di kelas. Agar mendapat exposure lebih, mereka ditawari empat kelas.

Terbaru ada kelas dangdut. Lainnya adalah kelas gamelan, membatik dan tari. Mereka dibagi ke nama kelas kesenian tradisional Indonesia seperti kolintang, sasando dll. 

Tujuannya memperbanyak kosa kata tentang kesenian tradisional Indonesia. Menurut Gatut, adanya dua orang keturunan Indonesia ikut CLS di kategori languange heritage lerner.

“Tahun ini ada dua peserta. Sebelumnya juga pernah ada,” jelas Gatut. 

Dikatakan, faktanya diaspora Indonesia memang ada menikah dengan WNA sehingga anak mereka tidak cukup mendapat pembelajaran Bahasa Indonesia yang cukup.

Sehingga Bahasa Indonesia menjadi bahasa warisan tapi belum dimunculkan.

“Sehingga mengenalnya secara informal di rumah tapi tidak punya latar belakang belajar Bahasa Indonesia yang formal,” pungkasnya.

Ia berharap mereka yang belajar di UM bisa meningkat kemampuan berbahasa Indonesianya dan dibawa mendunia.

Sumber| https://suryamalang.tribunnews.com/2022/06/20/23-mahasiswa-asal-amerika-belajar-dangdut-gamelan-menari-dan-membatik-di-universitas-negeri-malang?page=all