Simulasi Evakuasi Jika Ada Kebakaran di Gedung Rektorat Universitas Negeri Malang
SURYAMALANG.COM, MALANG – Suasana di Graha Rektorat Universitas Negeri Malang (UM) agak berbeda, Jumat siang (19/5/2023) pukul 14.00 WIB. Penghuni gedung berlantai 9 itu keluar dari lantai satu melalui tangga darurat setelah terdengar alarm. Selanjutnya mereka ke arah titik kumpul di halaman samping gedung rektorat. Juga disiapkan mobil ambulans dan petugasnya. Mereka sedang menjalani simulasi evakuasi bencana kebakaran.
Prof Dr Ir Djoko Kustono MPd, Kepala Tim K3 UM menjelaskan jika ini simulasi kedua yang diadakan untuk gedung Graha Rektorat UM untuk bencana kebakaran. “Setidaknya jika ada simulasi begini, penghuni akan tahu bagaimana bertindak, lari kemana, rutenya bagaimana, mengarah kemana,” kata Djoko. Harapannya, jika benar terjadi, maka mereka sudah siap jika ada bencana. Setelah berlatih, mereka kembali bekerja.
“Untuk evakuasi gedung bertingkat itu memang butuh effort lebih. Karena misalkan jika terjadi kebakaran di salah satu lantai, maka harus diselesaikan di lantai itu agar tidak merembet pada lainnya,” katanya. Pelaksanaan simulasi evakuasi jika ada bencana akan dilakukan juga di gedung bertingkat lainnya di UM. Saat ini, gedung di UM cenderung bertingkat lebih dari empat terutama pada bangunan baru.
Jumlah penghuni Graha Rektorat lebih dari 100 orang. Djoko menyebut untuk gedung-gedung baru sejak awal dikonsultasikan ahli dan dilengkapi fire hidrant, springkle, fire detector, alat pemadam kebakaran, ruang kendali dan lainnya. Untuk mengecek apakah alat itu berfungsi, di UM ada safety patrol yang melibatkan mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) yang mengambil mata kuliah/peminatan K3.
Karena itu di kegiatan simulasi melibatkan mahasiswa sebagai sarana belajar langsung. Ada yang menjadi observer, master escavator karena sudah dilatih. Tiga mahasiswa UM yang terlibat dalam kegiatan itu menceritakan pengalamannya. “Semoga setiap akhir semester ada latihan seperti ini, di semua gedung di UM,” harap Muthia. Sehingga ada gambaran bagaimana mengatasi bencana kebakaran.
Saat simulasi itu, Neysa menyatakan tiba-tiba alarm di gedung rektorat berbunyi. “Saya dalam kondisi berdiskusi dengan rekan saya. Harusnya, sebagai evakuator itu, saya harus memimpin para staf-staf. Tapi ternyata staf-staf sudah lari. Bahkan ada yang sudah di lantai 1,” cerita Neysa. Sehingga saat evakuasi di lantai-lantai, sudah banyak ruang kosong.
Padahal seharusnya belum turun karena yang memimpin evakuasi adalah evakuator. “Jadi kayak mencar-mencar sendiri. Jadi belum bisa memperkirakan berapa jumlahnya, apakah sudah terevaluasi semua,” kata mereka. Dari tim sudah didapatkan data jumlah penghuni ruangan. Tapi kondisi realnya, jumlah penghuni mungkin tidak semuanya ada saat simulasi.
Bisa jadi ada yang belum kembali sehabis Jumatan atau keluar masuk rektorat. Untuk simulasi, harusnya penghuni gedung stay di tempat. Mereka berpesan pentingnya simulasi dan sosialisasi. Sebab ada staf yang tidak mau diajak turun. Bahkan ada yang ruangannya dikunci. “Kalau ada kebakaran asli kan gak boleh begitu. Masak ada alarm, diam saja,” tambah Muthia.
Karena prinsipnya, simulasi ini semua buat kebaikkan penghuni gedung andai benar terjadi. Ditambahkan Djoko, nanti akan dilakukan evaluasi dari simulasi ini. Ia melihat, partisipasi lumayan bagus. Namun akan dievaluasi semuanya. “Mahasiswa yang kami libatkan kan ada yang jadi observer, evakuator. Nanti dicocokkan datanya, seperti waktunya untuk lama evakuasi,” jelas Djoko.
Sumber| https://suryamalang.tribunnews.com/2023/05/19/simulasi-evakuasi-jika-ada-kebakaran-di-gedung-rektorat-universitas-negeri-malang.