Finansial Kuat Salah Satu Kunci Negara Kuat
Menguatkan Pancasila Rada Kaum Milenial
Download Media Cetak Memo X 30 Januari 2019
Kota Malang, Memo X Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPIP RI (Badan Pengkajian Ideologi Pancasila Republik Indonesia), Prof. Dr. Hariyono, MPd menegaskan, negara yang kuat harus memiliki militer yang sangat kuat. Selain itu, hams didukung finansial kuat dan informasi yang baik.
Namun semua itu menitik beratkan pada finansial sebagai ketergantungan. Dimana nasionalisme ekonomi menjadi semangat dan nyawa dari kekuatan (machtvorming). Kedaulatan dan perbaikan-perbaikan yang penting hanya bisa terwujud kalau diusahakan/diperjuangkan sendiri, dengan kebiasaan kita sendiri, dan dengan kekuatan kita sendiri.
Penegasannya disampaikan saat menjadi narasumber seminar nasional “Menggali Nilai-Nilai Ekonomi Keindonesiaan BerbasisPancasila”, di Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang (UM), Selasa (29/1/2019) slang. Bersama narasumber lainnya, Presiden Komisaris Garuda Food, Dr. (HC) Sudhamek HWS, SE, SH.
Menurut Hariyono, terkait ekonomi sama berat dengan Pancasila. Dinamika Pancasila saat ini berubah seiring perubahan jaman. “Kita punya masa lalu yang indah, sekarang memiliki hari yang gelap, dan sekian hari kemudian terang benderang. Sama halnya, Pancasila
di era reformasi ini menghadapi tantangan yang sedemikian rumit.
Sebab, Pancasila kurang tercermin dalam peraturan perundangan. Jadi bagaimana upaya kita kembali menguatkan Pancasila sebagai jati
diri dan nilailuhur bangsa kepada generasi muda,” jelas Prof. Dr. Hariyono, MPd.
Mantan Wakil Rektor I Universitas Negeri Malang ini mengatakan, Pancasila di era reformasi ini kurang tercermin dalam peraturan
perundangan dan hukum. Untuk itu, sangat penting menjadikan Pancasila sebagai sumber hukum. Indonesia sebagai negara hukum,
setidaknya terdapat beberapa hal yang semestinya diambil dari Pancasila. “Pancasila ini harus menjadi dasar dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Ketikaterjadi destruption, perubahan besar-besaran, harus bisa mengikuti,” ingatnya kepada mahasiswa UM.
Senada, Presiden Komisaris Garuda Food, Dr. (HC) Sudhamek HWS, SE, SH, mengatakan, mana-jemen sistem akan berdampak perubahan, baik meningkat atau menurun, tergantung penerapan-nya. Misalnya, pada manajemen sistem perusahaannya, ketika penerapan dilaksanakan dengan baik, maka dampaknya kenaikan kesejahteraan karyawan yang ter-libat. Sehingga mau tidak mau, karyawan harus mengikuti sistem.
Sama halnya ketika krismon 98, banyakperusahaan tutup. Pelaku ekonomi takut menjalankan roda perekonomian. “Saya dibujuk rekan di Singapura untuk pindah dan hidup disana. Namun saya tidak mau, karena anak buah saya ada di Indonesia, dan saya harus bertanggung jawab. Saat itu demand turun, supply juga turun, namun harga melambung. Jadi sebenarnya itu sebuah peluang, jika kita berani. Sebab kondisinya chaos. Berat memang, dan akhirnya bisa,” cerita Dhamek, sapaan akrabnya.
Menurutnya, organisasi perusahaan harus mengikuti perubahan. Titik tekannya individu organisasi dengan pola framework, yang nantinya saling diintegrasikan. Jika diibaratkan dalam negara yaitu pola Revolusi Mental. “Kita terapkan konsep secara mikro menuju makro. Pun penerapan Pancasila, dari individu kalangan mahasiswa dulu hingga kampus,” tandas Dhamek. (rhd/man)