Filosofi Nusantara nan Ramah Lingkungan ala Masjid UM
Masjid Al Hikmah Universitas Negeri Malang (UM) telah berusia setengah abad lebih. Meski pernah sekali direnovasi, desainnya tak berubah sejak kali pertama dibangun pada 1966 silam.
Masjid Al Hikmah berdiri di lahan seluas 1.000 meter persegi. Dirancang oleh Ir H.M. Achmad Noe’man, masjid ini didesain menjadi bangunan ramah lingkungan.
”Banyak tumbuhan di samping (masjid). Udara dan cahaya juga bebas masuk. Itulah prinsip ekologi dalam arsitektur bangunan masjid ini,” kata ketua pengelola Masjid Al Hikmah Prof Dr Dawud MPd.
Pun demikian dengan bahan baku bangunan. ”Kayu mendominasi seluruh bagian masjid. Terutama atapnya yang khas terbuat dari sirap kayu,” kata dosen Fakultas Sastra UM itu.
Kusen dan pintu terbuat dari kayu jati. Sementara dindingnya dilapisi kayu lapis.
Desain arsitektur, juga corak-corak yang ada di Masjid Al Hikmah mengadopsi gaya bangunan-bangunan tradisional. ”Filosofi arsitekturnya itu Indonesia Nusantara,” ungkap dosen berusia 60 tahun itu.
Dawud menyatakan, perancang Masjid Al Hikmah terinspirasi masjid Keraton Surakarta yang terkesan redup nan sederhana. ”Kita bisa lihat. Bangunan masjidnya kan mirip-mirip seperti rumah Joglo khasnya Jawa dan rumah Gadang khasnya Minang,” tuturnya.
Bangunan masjid juga lebih tinggi dari titik nol tanah. ”Itu bisa kita lihat juga di beberapa bangunan kerajaan di Indonesia. Rata-rata seperti itu,” kata pria asal Tulungagung ini.
Meski mengadopsi gaya kerajaan, tapi Masjid Al Hikmah tidak terkesan mewah. Sebaliknya malah begitu sederhana. ”Gak ada ornamen, kaligrafi, atau hiasan-hiasan lain. Ya begitu saja sudah. Sederhana sekali,” ujarnya.
Sang arsitek sengaja membuat masjid seperti itu untuk menguatkan kesan teduh dan tenang. Jadi, jamaah khusyuk menjalankan ibadahnya. ”Bisa dikatakan. Arsitektur masjid ini lebih mengutamakan nilai fungsi. Bukan keindahan semata,” tutur dia.
Selain tempat ibadah, masjid yang memuat 1.000 lebih jamaah itu juga merupakan tempat kegiatan mahasiswa. Mulai dari kajian, diskusi, qira’ah, tahfidzul Quran, sosial kemasyarakatan, seni dan budaya Islam. ”Biasanya yang ngisi kegiatan itu teman-teman Badan Dakwah Masjid (BDM, red) Al Hikmah,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Dawud menyatakan bahwa selama lebih dari 53 tahun berdiri, Masjid Al Hikmah hanya sekali direnovasi. Yakni, pada 2014. ”Belum ada renovasi yang berarti. Waktu itu cuma penambahan lantai saja di sayap kiri,” tambahnya.
Sementara itu, untuk pengelolaan Masjid Al Hikmah sendiri mengalami tiga kali rotasi. Saat berdiri pada 1966–2004, saat itu masih dipegang Yayasan Masjid.
Hingga muncullah aturan yang mewajibkan kampus memiliki masjid. Alhasil Masjid Al Hikmah dikelola langsung oleh kampus. ”Jadi, sejak itu, masjid juga menjadi sarana laboratorium agama Islam di kampus,” tandas dia.
Sumber dari: https://radarmalang.id/filosofi-nusantara-nan-ramah-lingkungan-ala-masjid-um/