Diskusi Asik Bertema Nasionalisme Berkebudayaan Pasca De-Sukarnoisasi Ruang Dialektika Malang

SURYA.co.id – Pelataran rumah Jalan Sumbing 11 di Kota Malang Minggu sore (1/12/2019) begitu ramai oleh peserta diskusi.

Diskusi hangat yang berlangsung bertemakan Nasionalisme Berkebudayaan Pasca De-Sukarnoisasi.

Ruang Dialektika selaku tuan rumah acara mengundang dua narasumber yang salah satunya baru saja menerbitkan biografi pendek sastrawan legendaris Sitor Situmorang (1924-2014).

Sang narasumber adalah JJ Rizal, sejarawan sekaligus pemilik penerbit Komunitas Bambu.

Narasumber lainnya adalah Cokro Wibowo Sumarsono, Sekjen Presidium GMNI 2008-2011 dan Pamong Padepokan Glugu Tinatar, Landungsari, Malang.

Diskusi dipandu FX Domini BB Hera, peneliti Pusat Studi Budaya dan Laman Batas Universitas Brawijaya.

Cokro Wibowo menyampaikan dalam sesi pertama, seharusnya ada kolaborasi di antara para seniman. Cokro mengambil contoh kasus di Malang.

Terjadi persaingan di antara pelaku seni. Pamong Padepokan Glugu Tinatar ini juga menyayangkan, kaum nasionalis tradisional yang direpresentasikan para pelaku seni tradisional hanya menjadi alat pengumpul massa menjelang kontestasi politik.

Ia berharap, konsep nasionalisme lebih mengakar rumput melalui para seniman nasionalis, sebagaimana yang dilakukan Sitor Situmorang melalui Lembaga Kebudayaan Nasional.

Selanjutnya JJ Rizal menjelaskan mengenai sosok Sitor Situmorang. Sisi ideologis sang sastrawan diungkap oleh pemilik penerbit Komunitas Bambu itu.

Menurut sang penulis biografi, sikap Sitor Situmorang terhadap pembentukan partai nasionalis pascaperistiwa 1965 cukup keras.

“Sitor Situmorang menyatakan, berbicara mengenai nasionalisme maka tidak dapat dipisahkan dari sosok Sukarno,” ungkap JJ Rizal.

Ketika rezim Orde Baru berkuasa dan terjadi fenomena de-Sukarnoisasi, maka menurut sang sastrawan, nasionalisme telah ‘mati’.

Antusiasme peserta diskusi yang berlangsung sejak pukul 15.00 hingga 18.00 itu cukup tinggi.

Diskusi antara audiens dan narasumber memunculkan fakta-fakta historis baru baik mengenai sosok Sitor Situmorang maupun nasionalisme.

Ketika di ujung diskusi, JJ Rizal memberikan kalimat penutup, nasionalisme merupakan konsep yang terbuka sesuai perkembangan zaman.

Saut Situmorang, anak sungai terakhir nasionalisme sesuai konsep Sukarno tetap menyuarakan konsep ini di tengah kesendirian sebagaimana akhir hayat sang proklamator.

Satrya Paramanandana Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Malang satryapara@gmail.com

Sumber dari: https://surabaya.tribunnews.com/2019/12/03/diskusi-asik-bertema-nasionalisme-berkebudayaan-pasca-de-sukarnoisasi-ruang-dialektika-malang?page=all

Leave a Reply

Your email address will not be published.