BATIK BELANDA ADA DI KAMPOENG HERITAGE KAJOETANGAN

Malang Post — Jika Kabupaten Malang memiliki ikon Topeng Panji, maka Kota Malang terkenal dengan kawasan bangunan heritage yang masih terjaga keasliannya.

Selain bangunan heritage di wilayah Ijen, terdapat pula bangunan heritage yang berada di wilayah Kayutangan. Banyak juga dikunjungi oleh wisatawan sebelum pandemi Covid-19.

Sejarah Kota Malang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan kawasan Kayutangan. Pada era kolonial Belanda, kawasan ini menjadi pusat bisnis, yang hingga sekarang masih bertahan.

Letaknya tepat di jantung Kota Malang karena dekat dengan alun-alun. Banyak bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang tetap dipertahankan bentuk aslinya.

Diantara bangunan-bangunan heritage tersebut, terdapat sebuah kampung yang terletak di dalam sebuah gang di Jl Jend. Basuki Rachmat Gang VI, Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Kampung ini adalah salah satu desa wisata bernama Kampoeng Heritage Kajoetangan.

Didalam kampung ini, budaya Indische eksistensinya masih dapat dirasakan dan dipelajari, artefaknya yang berbentuk rumah  turun temurun dari generasi ke generasi juga masih dijaga keasliannya.

Di Kampoeng Heritage Kajoetangan terdapat spot-spot andalan kuliner lawasan yang termasuk dalam sajian spot wisata perjalanan menyusuri kampung, spot ini sering disinggahi wisatawan ketika melepas lelah berjalan seperti Rumah Mbah Ndut dan Omah Dawet Ireng.

Di lokasi spot kuliner ini, selain membeli makanan dan minuman, wisatawan juga dapat menikmati suasana kampung sambil beristirahat.

Dosen Universitas Negeri Malang (UM) mendukung branding Indische pada spot kuliner. Maka melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang didanai oleh LP2M UM. Melalui PNBP, melakukan pelatihan Pembuatan Perlengkapan Spot-spot Kuliner dengan Motif Batik Lukis Belanda (1840-1940) berbahan Enamel. 

Tim pengabdi yang diketuai oleh Lisa Sidyawati S.Pd M.Pd (Jurusan Seni dan Desain) bersama anggotanya Agus Purnomo S.Pd. M.Pd (Jurusan Pendidikan Geografi) dan Abdul Rahman Prasetyo S.Pd M.Pd (Jurusan Seni dan Desain).

Mereka memberikan pelatihan pada Pokdarwis Kajoetangan. Agar memperoleh keterampilan membuat produk sendiri nantinya.

Produk pelatihan ini terbuat dari bahan enamel. Yaitu logam yang dilapisi oleh keramik tipis yang terdiri dari teko, mug, cangkir, piring dan nampan.

Selanjutnya dibubuhi motif Batik Belanda yang telah didesain di komputer. Motif-motif batik ini di print di platik stiker khusus yang tahan air selanjutnya di tempel dan dipanaskan menggunakan oven atau hairdryer. 

Batik Belanda adalah salah satu jenis batik bermotif orang-orang beserta kegiatannya. Bahkan ada yang bermotif dongeng (fairytale) seperti Sleeping Beauty, Snow White, Little Red Riding Hood.

Motif ini pertama kali dibuat oleh wanita Belanda pada masa penjajahan di pulau Jawa pada tahun 1840-1940 bernama Von Franquemont. Batik Belanda desainnya, banyak ditiru pengusaha lainnya.

Von Franquemont mengambil figur-figur dan atribut atribut dari berbagai dongeng Eropa. Di Jawa, ia menggantikannya dengan suatu figur mitologis dalam cerita wayang dan cerita hantu.

Batik Belanda adalah salah satu aset perjalanan sejarah perbatikan di Indonesia yang merupakan akulturasi antara budaya Eropa dan Indonesia. Terlihat dari warna yang digunakan diambil dari warna Batik Pesisir.

Produk pelatihan ini memiliki dua muatan. Yaitu muatan edukasi dan muatan branding.

Pertama, muatan edukasinya adalah pengenalan Batik Belanda kepada generasi muda. Sebagai salah satu aset sejarah perbatikan di Indonesia yang sekarang disimpan di Museum Danar Hadi, Surakarta.

Kedua, muatan branding yaitu spot-spot wisata kuliner dapat menciptakan identitas dan suasana Indische untuk melengkapi konsep besar Kampoeng Heritage Kajoetangan agar lebih dinikmati oleh wisatwan dan lebih banyak pengunjung pasca pandemi. (yan)

Sumber| https://malang-post.com/2021/09/12/batik-belanda-ada-di-kampoeng-heritage-kajoetangan/