Pendapatan 3 Kampus Negeri di Malang Bakal Bertambah, Mayoritas Berasal dari Uang Gedung Mahasiswa Baru

Kamis, 15 Februari 2024 | 12:15 WIB

MALANG KOTA- Rencana Universitas Negeri Malang (UM) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki) menambah kuota mahasiswa baru (maba) bakal meningkatkan pendapatan keduanya.

Terutama pendapatan yang bersumber dari uang gedung. 

Berdasar perhitungan Jawa Pos Radar Malang, pendapatan UM dan UIN Maliki bisa meningkat hingga puluhan miliar. 

Itu karena keduanya berencana menambah jumlah kuota PMB hingga 4.394 kursi. 

TAMBAH WAWASAN: Dua mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) membaca buku di taman kampus. ((Darmono/Radar Malang))

TAMBAH WAWASAN: Dua mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) membaca buku di taman kampus. ((Darmono/Radar Malang))

Peningkatan pendapatan juga akan dirasakan Universitas Brawijaya (UB).

Pasalnya, tahun ini UB bakal memaksimalkan kuota pada jalur mandiri menjadi 50 persen. 

Pendapatan UB dari uang gedung diperkirakan bakal tembus Rp 1 triliun. 

Untuk diketahui, tahun sebelumnya UB menjatah kuota jalur mandiri sebesar 40 persen saja. 

Itulah mengapa pendapatan UB juga bakal naik seperti UM dan UIN Maliki. 

Kabar baiknya, ketiga kampus negeri itu kompak tak menaikkan biaya uang gedung. 

Rektor UM Prof Dr Hariyono MPd memastikan, uang gedung atau Sumbangan Pengembangan Sarana Akademik (SPSA) di UM akan sama dengan tahun lalu (selengkapnya baca grafis). 

Keputusan itu diambil atas pertimbangan kondisi ekonomi masyarakat. 

“Saya rasa biaya pendidikan di UM masih representatif,” kata dia. 

Hariyono menilai ekonomi masyarakat masih belum pulih 100 persen pasca pandemi Covid-19.

Sehingga, pihaknya belum punya rencana untuk menaikkan SPSA. 

Termasuk juga biaya UKT. 

Itu artinya, UM akan tetap menerapkan tujuh golongan UKT untuk jalur Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) dan dua golongan UKT di jalur mandiri. 

Seperti diketahui, UM berencana menambah kuota 3 ribu maba pada tahun ini. 

Total proyeksi kuotanya mencapai 12.112 mahasiswa. 

Sementara tahun lalu UM membuka kuota 8.730 mahasiswa.

Penambahan itu juga berimbas pada peningkatan pagu di jalur mandiri. 

Hal itu otomatis akan diikuti peningkatan pendapatan dari SPSA. 

Tahun lalu, dari 3.929 maba dari jalur mandiri, UM diperkirakan bisa mengantongi dana SPSA Rp 80 miliar. 

Tahun ini pagu jalur mandiri UM naik menjadi 4.980. 

Dari jumlah tersebut, diperkiraan dana SPSA yang mengalir ke UM mencapai Rp 117 miliar. 

Itu artinya, ada potensi peningkatan Rp 37 miliar dibanding tahun lalu.

Hal yang sama juga dialami UIN Maliki. 

Rektor UIN Maliki Prof Dr H M Zainuddin MA mengatakan, tahun ini UKT dan uang gedung atau Biaya Pengembangan Kelembagaan (BPK) masih sama dengan tahun lalu. 

“Sementara masih sama. Kami belum rapim (rapat pimpinan),” ucapnya.

Namun, yang jelas besaran UKT di sana akan mengikuti Keputusan Menteri Agama. 

Hingga saat ini masih belum ada perubahan untuk itu.

Namun, berbeda dengan UM dan UB, UIN Maliki tidak memiliki pos khusus untuk BPK. 

Sebab, BPK yang dibayarkan oleh maba jadi satu dengan biaya untuk ma’had. 

Untuk itu, semua mahasiswa akan dikenai BPK. 

Sebab, semua maba diwajibkan untuk bermukim di ma’had pada semester awal.

Ada dua golongan BPK yang ditetapkan. 

Yakni BPK untuk non kedokteran sebesar Rp 7,5 juta. 

Selanjutnya BPK kedokteran sebesar Rp 10 juta. 

Tahun lalu, UIN bisa mengantongi BPK sekitar Rp 36 miliar. 

Sebab, kuota PMB UIN Maliki 2023 lalu hanya 4.698 saja. 

Sementara tahun ini kuotanya bertambah menjadi 5.710 mahasiswa. 

Sehingga, pendapatan BPK bisa mencapai Rp 43 miliar. 

Alias meningkat Rp 7 miliar. 

Di tempat terpisah, UB juga berpotensi mengalami peningkatan pendapatan dari uang gedung atau Iuran Pengembangan Institusi (IPI).

Namun, itu bukan karena penambahan kuota PMB seperti UM dan UIN Maliki. 

Melainkan lantaran UB bakal memaksimalkan kuota untuk jalur mandiri menjadi 50 persen. 

Sekretaris Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik (DALA) UB Heri Prawoto Widodo SSos MAB mengatakan, rasio maksimal untuk jalur mandiri adalah 50 persen. 

Tahun lalu, kuota yang diterapkan 40 persen. 

Pasalnya, kampus tersebut memberikan tambahan kuota sebesar 10 persen untuk jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). 

“Kalau rasio minimal SNBP 20 persen.

Tahun lalu UB memberikan kuota SNBP 30 persen,” ucapnya. 

Namun, tahun ini kuota SNBP bakal dikurangi menjadi 20 persen. 

Sementara, kuota jalur mandiri akan menjadi 50 persen. 

Sesuai dengan ketentuan maksimalnya. 

Tentu saja itu akan menambah pendapatan UB dari pembayaran IPI oleh maba. 

Tahun lalu UB, mampu mengantongi IPI Rp 856 miliar lebih.

Jumlah tersebut dicapai dengan pagu jalur mandiri sebanyak 7.291 mahasiswa. 

Sedangkan, tahun ini kuota mandiri UB sekitar 9.142. 

Itu artinya, dana IPI tahun ini bisa tembus Rp 1 triliun. Itu berdasarkan hasil perhitungan nilai tengah biaya IPI yang dikalikan dengan jumlah mahasiswa. (dre/by)

Sumber|https://radarmalang.jawapos.com/pendidikan/814162413/pendapatan-3-kampus-negeri-di-malang-bakal-bertambah-mayoritas-berasal-dari-uang-gedung-mahasiswa-baru