UTBK Diklaim Bisa Tekan DO
Media Cetak Jawa Pos Radar Malang 30 Oktobr 2018.
Passing Grade Program Studi Akan Lebih Detail
MALANG KOTA – Perubahan sistem seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) dari yang awalnya berbasis
kertas dan tahun depan semua menjadi berbasis komputer, ditengarai mengubah banyak hal. Salah satunya, peserta bisa melihat langsung nilai mereka.
Sedangkan di tahun-tahun sebelumya, nilai SBMPTN baru keluar beberapa hari setelah ujian. Tak hanya itu, tahun depan, kemungkinan nilai SBM PTN bisa dilihat sebelum mereka memilih program studi yang dipilih. Dengan hasil yang transparan di awal, diyakini bisa memberikan gambaran secara utuh kemampuan mahasiswa “Hal ini tentu berbeda dengan sistem sebelumnya, yang tidak memungkinkan para peserta mengetahui nilai yang didapat,” ucap Rektor Universitas Negeri Malang (UM) Prof Dr Rofi’uddin MPd kepada koran ini, belum lama ini.
Pria yang pemah menjabat sebagai wakil rektor (warek) II ini menambahkan, dengan hasil yang transparan, diharapkan bisa menekan
angka drop out (DO). Lalu, apa kaitannya? Menurut Rofi’uddin, mahasiswa dengan sistem yang bam ini bisa mengecek kesesuaian nilai mereka dengan passing grade masing-masing prodi.
“Kalau merasa passing grade dengan basil ujian tulis berbasis komputer (UTBK) terlalu mepet, bisa langsung pindah ke jurusan lain. Itu lebih baik daripada memaksakan tetap di prodi yang membuat mereka kesulitan,” kata dia.
Selain itu, di UTBK tahun depan, passing grade di masing-masing prodi akan lebih didetailkan. Misalnya, ditambahkan informasi mata
perkuliahan, praktik, hingga tingkat kesulitan prodi. Ini memudahkan mahasiswa bam agar bisa memilih jurusan yang tepat dan sesuai minat mereka. “Dengan begini, mahasiswa yang terindikasi DO bisa ditekan antara 10-15 persen dari total jumlah mahasiswa baru yang masuk,” kata Rofi’uddin.
Dia menilai, selama ini masih banyak mahasiswa yang memutuskan DO lantaran ketidaksesuaian kemampuan mahasiswa dengan
jurusan yang dipilih. Sehingga akhirnya, ada mahasiswa yang ogah-ogahan kuliah, malas belajar, hingga tidak bisa menuntaskan
skripsi. “Terutama dulu, ada kesalahan persepsi di kalangan mahasiswa. Dikira passing grade itu tingginya maba yang masuk di prodi. Padahal bukan,” kata dia.
Passing grade sendiri adalah patokan nilai minimal kampus yangdisesuaikan dengan tingkat kesulitan masing-masing jurusan. “Dengan begitu, maba yang masuk bisa punya waktu untuk memikirkan prodi mana yang akan mereka masuki,” kata dia.
Untuk diketahui, SBM PTN 2019 akan meniadakan ujian tulis berbasis kertas dan pensil. Ujian tulis sepenuhnya akan dilakukan secara komputerisasi, dengan nama ujian tulis berbasis komputer (UTBK). SBM PTN 2019 akan menguji dua materi, yaitu tes potensi skolastik (TPS) dan tes kompetensi akademik (TKA). Sementara itu, pakar pendidikan Prof Mohamad Amin menyatakan, sistem SBMPTN berbasis komputer memang bisa mengurangi drop out. “Drop out itu kan terjadi karena mahasiswa belum bisa memetakan jurusan yang sesuai.
Sehingga mereka mearsa tertekan saat kuliah dan memutuskan berhenti,” kata Amin.Dia menilai, dibanding sistem sebelumnya, sistem tes baru ini sangat membantu mahasiswa memetakan minat mereka. Mahasiswa bisa menyadari kemampuan mereka. Bila rendah, mereka tinggal masuk ke jurusan yang passinggrade-nya rendah. (san/cl/riq)