UM Gelar Residensi Tari Topeng dengan Malay Heritage Foundation Singapura

UM Gelar Residensi Tari Topeng dengan Malay Heritage Foundation Singapura

Universitas Negeri Malang (UM) sepakat berkolaborasi dengan Malay Heritage Foundation Singapura menggelar residensi tari topeng selama satu bulan.

16 Jun 2025 – 14:09

KOTA MALANG, SJP—Universitas Negeri Malang (UM) merajut kerja sama dengan Malay Heritage Foundation (MHF) Singapura. Keduanya tertarik untuk mengulik residensi seni tari topeng. Karena itu, program ini diberi nama art residency tari topeng.

Pembukaan program ini dilaksanakan pada Senin (16/6/2025) di ruang laboratorium museologi Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UM. Program residensi ini merupakan yang pertama kali diselenggarakan oleh MHF bersama UM.

Dalam acara pembukaan ini, Ismail Lutfi–sejarawan UM–hadir memberikan pemaparan materi mengenai seni tari topeng yang merupakan kesenian tradisional asli Malang kepada para peserta.

General Manager of The Malay Heritage Foundation, Rilla Melati Bahri mengungkapkan kegembiraannya atas program perdana ini. Dia berharap, program ini bisa berkelanjutan sekurang-kurangnya selama dua tahun.

Setelah itu, kolaborasi dengan UM bisa dilanjutkan dengan residensi seni lain. Seperti gamelan atau angklung. Namun, untuk kali pertama ini, pihaknya tertarik untuk menelisik tentang tari topeng. Sebab di dalamnya ada unsur drama, penceritaan, dan visual teatrikal.

“Jika yang dibawa dari Singapura adalah anak-anak muda, ini adalah bentuk seni yang sangat menarik,” ucap Rilla di Fakultas Ilmu Sosial UM, Senin (16/6/2025).

Rilla menuturkan, ide kerja sama ini bermula dari diskusinya dengan Kepala Departemen Sejarah UM, Indah Wahyu Puji Utami. Ternyata keduanya merupakan teman kuliah waktu di Singapura.

“Awalnya hanya obrolan biasa, tapi kemudian menjadi kenyataan setelah Ibu Indah membawa beberapa kolega ke Singapura, ke Malay Heritage Foundation,” lanjutnya.

Rilla berharap, program ini tidak hanya bersifat performatif, tetapi juga mengandung unsur edukasi. Kolaborasi ini diharapkan berlanjut. Sehingga tidak hanya terjalin dalam satu proyek.

Pemilihan tari topeng sebagai objek residensi pun bukan tanpa alasan. Sebab, Rilla memahami bahwa tari topeng merupakan kesenian tradisional warisan budaya Kota Malang.

“Tari topeng adalah ikon warisan Kota Malang. Tapi mungkin hampir punah karena banyak praktisinya yang sudah tua, bahkan meninggal tanpa sempat menurunkan ilmunya,” ujar Rilla.

Program art residency tari topeng ini direncanakan akan berlangsung selama satu bulan atau hingga pertengahan Juli 2025. Tujuannya agar para peserta dapat memahami konteks dan kaitan tarian tersebut secara lebih mendalam.

Dalam program ini, peserta juga akan melalui sejumlah kegiatan kebudayaan. Termasuk di antaranya mengunjungi situs-situs bersejarah. Seperti candi dan lain sebagainya.

“Saya yang meminta supaya dilaksanakan satu bulan. Karena saya rasa akan sia-sia kalau kita hanya di sini seminggu atau dua minggu saja,” tandasnya.

Menariknya, program ini tidak hanya dikhususkan untuk masyarakat Melayu saja. Masyarakat non-Melayu juga diperbolehkan berpartisipasi dalam program ini.

“Seperti yang mungkin secara umum tahu, di Singapura masyarakat melayunya kecil. Jadi program ini bukan khusus hanya untuk Melayu Singapura, tetapi non-Melayu juga bisa berpartisipasi,” kata Rilla.

Kepala Departemen Sejarah UM, Indah Wahyu Puji Utami menjelaskan, program residensi ini akan diikuti oleh empat peserta. Terdiri dari tiga penari profesional dan satu orang pelajar.

Para peserta dijadwalkan menggelar pertunjukan pada 11 Juli 2025 di UM. Selanjutnya, mereka dijadwalkan tampil di Singapura pada tahun 2026 mendatang.

“Pertunjukan akan dilaksanakan pada saat penutupan residensi ini, bersamaan dengan closing ceremony summer course oral history di outdoor learning space pada tanggal 11 Juli 2025,” jelas Indah.

Selama satu bulan ke depan, para peserta akan menjalani berbagai kegiatan. Pada minggu pertama, mereka akan belajar tentang sejarah dan konteks budaya. 

Setelah itu, para peserta akan berkunjung ke Candi Jago. Kemudian mengunjungi Museum Panji. Kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi Candi Penataran.

“Lalu nanti di hari Sabtu, baru kita ke Sanggar Topeng. Tapi mereka latihannya lebih banyak di kampus, di studio seni dan desain di C9,” tutur Indah.

Mewakili UM, Indah berharap kerja sama dengan Malay Heritage Foundation dapat terus berlanjut dan berkembang ke bidang-bidang lain.

“Tidak hanya ini saja, tapi mungkin juga yang lain. Mungkin nanti dari Malay Heritage Foundation ada ahlinya yang datang ke sini atau kami yang datang ke sana untuk master class,” pungkasnya. (**)

Sumber//https://suarajatimpost.com/um-gelar-residensi-tari-topeng-dengan-malay-heritage-foundation-singapura