UB-UM Songsong Kontes Mobil Listrik Nasional
Download Media Cetak Jawa Pos Radar Malang 8 November 2018
MALANG KOTA-Passion mengalahkan segalanya. Demi memenangkan Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) Nasional di Padang, 27 November, para konstestan dari perguruan tinggi Kota Malang mulai bersusah payali. Malialnya biaya pembua-tan mobil, tak bisa menghentikan langkah para mahasiswa.
Misalnya, tim Apatte 62 Universitas Brawijaya. Ketua tim Syifa’uddin menyatakan, timnya sudah menghabiskan ratusan juta demi tiga mobil hemat energinya. “Mahalnya buat mobil I istrik itu di risetnya,” kata dia. Dia menceritakan, sekali riset ada biaya body part, biaya takaran bodi mobil, dan composite yang cukup mahal. Itu pun, akan membengkak bila uji coba mobil listrik mengalami kegagalan.
“Kalau mau ditotal, tiga mobil ini bisa berharga lebih dari Rp 1 miliar,” kata mahasiswa jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, UB, ini. Itu pun, pembuatan mobil hemat energi ini memakan waktu selama 3 tahun lamanya.
Dia mengakui, waktu dan biaya yang tidak sedikit dikeluhkan banyak mahasiswa teknik. ” Karena mahal dan tidak sebentar, kami sangat menganggap serins kemenangan KMHE,” kata dia. Ajang milik Kemenristekdikti ini sama prestisiusnyadengan Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas). Hanya,yang menjadi pesertanya dalam ajang KMHE adalah mahasiswa teknik, sedangkan Pimnas dari semua fakultas.
Mobil yang mereka andalkan, Marsela 3 EVO 3 dari kategori urban listrik, Aristo EV VI proto listrik dan kategori urban ethanol, Marsela 3 EVO 4. ’’Kami ingin merebut semua kategori. Sebenarnya ada delapan, tetapi kami kerjakan tiga,” kata dia. Untukkeuangan, tim ini menggalang dana dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), sponsorship dari pihak swasta, dari kampus, hingga iuran.
Sama halnya dengan tim UB, tim UM yang siap berlaga mengakui dana besar dan waktu yang panjang cukup menguras energi. M. Aziz Kumiawan, koordinator tim UM, mengatakan satu mobil hemat energi bisa mencapai angka kisaran Rp 150 juta. Angka yang besar ini, bila
tidak berhasil menggondol piala, cukup mematahkan had timnya.
“Risikonya ya ini. Untungnya juri tahmi ini bisa menetapkan biaya pembuatan mobil lebih rici,” kata dia. (san/riq)