Trihitakarana : Local Wisdom Suku Tengger Solusi Kerusakan Ranu Pani

Trihitakarana : Local Wisdom Suku Tengger Solusi Kerusakan Ranu Pani

Oknews.co.id, Malang – Suku Tengger adalah Suku “endemik” yang menghuni desa-desa di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang memiliki kekhasan pada berbagai aspek kehidupan. Desa Ranu Pani adalah satu diantara 19 desa yang tersebar di empat kabupaten yang dihuni oleh Suku Tengger. Ranu yang juga dalam bahasa Tengger berarti danau. Danau Ranu Pani kini telah mengalami sedimentasi dan eutrofikasi yang disebabakan oleh berbagai faktor.

Ranu Pane mengalami penyusutan luas yang signifikan. Data tahun 1980-an tercatat Ranu Pani masih seluas 9 Ha dengan kedalaman 12 m. Kini, luas Ranu Pani hanya 5,6 ha dengan kedalaman hanya 6 m. Laju erosi di sekitarnya menjadi salah satu penyebab penyempitan ranu. Danau yang seharusnya terkonservasi dengan baik justru mengalami krisis.

Hal tersebut mendorong mahasiswa UM melakukan penelitian pada bulan 20 April hingga akhir Juli tahun 2018 melalui Program Kreativitas Mahasiswa yang diketuai oleh Reva Fadul Allah Dian Presilia dengan anggota Fitra Arief Syaviar dan Najatul Ubadati berfokus menggali konsep kearifan lokal Suku Tengger yakni Trihitakarana.

Trihitakarana adalah sebuah konsep yang tertuang dalam Kitab Weda agama Hindu yang juga dianut oleh sebagian besar Suku Tengger. Konsep ini telah dianut sejak zaman Majapahit yang terwariskan secara turun-menurun hingga kini. Trihitakarana yang berarti Tri:Tiga, Hita:Kebahagiaan dan Karana:Sebab. Ketiga kata tersebut bermakna sebagai tiga penyebab kebahagian dunia.

Tokoh adat di Ranu Pani memaparkan bahwasannya contoh nyata implementasi Trihitakarana yang dilakukan oleh masyarakat Tengger didalam segala hal kehidupan. Trihitakarana diterapkan dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik dan tentunya budaya Suku Tengger. Diantaranya konsep Trihitakarana diterapkan pada pembagian wilayah lingkungan.” Ujar karyono

Masyarakat Suku Tengger membagi alam menjadi tiga bagian yakni parahyangan, pawongan dan palemahan. Parahyangan sebagai zona yang tidak boleh dijamah oleh sembarang orang, disimpulkan sebagai zona dengan akses yang terbatas hanya oleh kalangan tertentu saja. Pawongan sebagai zona yang dapat diakses oleh berbagai kalangan dan dapat dimanfaatkan hasilnya serta Palemahan adalah zona bagi seluruh kalangan untuk membuang segala kejelekan atau bisa disebut zona buangan.

Ia berharap “melalui kearifan lokal Trihitakarana menekankan sinergi manusia dengan alam menjadi solusi dalam mengembalikan kondisi Ranu Pani. Ditambah lagi bukan hanya sebatas mempengaruhi Suku Tengger saja, konsep Trihitakaran dapat sebagai rujukan bagi masyarakat luas sebagai panduan dalam memperhatiakan lingkungan sekitar ” pungkasnya (Dki/Ryn)

Sumber dari: https://oknews.co.id/trihitakarana-local-wisdom-suku-tengger-solusi-kerusakan-ranu-pani/

Leave a Reply

Your email address will not be published.