Tim Mahasiswa UM, Penemu Wama Tech Pemenang Lomba Teknologi Nasional

Cukup Modal Rp 75 Ribu, Hasilkan Energi Listrik

Berkat ide M. Dwi Hidayatullah dan tim, limbah biogas yang jadi pembunuh tanaman, justru jadi energi baru. Dia memanfaatkan teknologi bernama Wama Tech yang dia ciptakan. Karyanya pun menjadi juara lomba tingkat nasional di Universitas Diponegoro Semarang April 2018.

Dua mahasiswa terlihat sibuk menata pipa-pipa di serambi gedung Universitas Negeri Malang (UM) kemarin (22/5). Keduanya ternyata sedang merangkai pipa. Mereka adalah M. Dwi Hidayatullah, 23, dan Revo Adi Sudjana, 20. Mereka sama-sama mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UM. Saat itu mereka sedang merangkai alat pengembangan biogas yang dinamakan dengan Wama Tech (waste management technology). Alat inilah yang dipakai untuk mengolah limbah biogas berbahaya menjadi tenaga listrik.

M. Dwi Hidayatullah (kiri) dan Revo Adi Sudjana menunjukkan alat Mawa Tech kemarin (22/5).

Tak terganggu dengan ramainya mahasiswa lain yang hilir mudik di serambi gedung rektorat UM, M. Dwi Hidayatullah dan Revo Adi Sudjana fokus menata setiap bagian dari pipa saluran tersebut. Sesekali pipa yang sudah terpasang dibongkar lagi. Pipa itu disalurkan ke dua tabung berdiameter 10 cm. Tingginya sekitar 30 cm. Juga ada botol air mineral ukuran besar.

”Ini prototipe saja karena media itu buat dibawa waktu lomba,” kata Revo.

Mahasiswa semester empat ini terus mencoba merapikan rancangan media untuk memaksimalkan energi biogas. Tapi, bukan sekadar membuat biogas. Bahkan, alat ini bisa mengurai tiga jenis sampah sekaligus. Apa saja? Ketika mendengar pertanyaan Jawa Pos Radar Malang, Revo tak terburu-buru menjawabnya.

Tangannya mencoba meraih dua paralon pipa terbesar yang ada paling depan. Tabung berdiameter 10 cm itu masing-masing bertuliskan anoda dan katoda. Yakni, untuk menunjukkan aliran positif dan negatif dalam tabung tersebut. Untuk membuat alat ini, hanya butuh dana Rp 75 ribu. Murah sekali.

Dia melanjutkan, jika dua tabung itu berfungsi mengurai tiga jenis limbah. Yakni, sampah organik, feses sapi (kotoran sapi), dan botol plastik.

”Nanti dimasukkan ke dalam tabung anodanya, dari sini akan terurai sendiri bahan-bahannya,” imbuh mahasiswa asal Bantur, Kabupaten Malang, ini.

Dengan mengenakan kemeja jins, Revo menerangkan jika ini merupakan teknologi manajemen limbah. Dengan menggabungkan 3 teknologi, yaitu proton exchange membran (PEM), microbiofulcell (MFC), dan desulfuritation kit (D-Kit). Ketiga teknologi ini pun dilengkapi farming integrated system (FIS). Jadi, akan ramah pada lingkungan. Dengan demikian, tidak merusak lingkungan sekitar.

”Jadi, limbah kotoran sapi hasil biogas itu bisa digunakan lagi, tapi harus dicampur dengan bahan yang lain seperti sampah organik dan plastik tadi,” terang pemuda berambut ikal itu.

M. Dwi Hidayatullah menambahkan, ide ini datang ketika dia masih mahasiswa baru pada 2013. Mahasiswa asal Palembang, Sumatera Selatan, ini mengisahkan pengalamannya tentang penemuan ide tersebut. Awalnya, Dayat menyatakan, dia mendapat tugas dari mata kuliah kesehatan lingkungan. Dia pergi ke Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Dayat ingin melihat kondisi rumah warga yang juga mengembangkan biogas.

”Saya pingin sekali lihat sapi-sapi di sana, terus tertarik dengan biogasnya,” kata Dayat.

Sambil memegang kacamatanya, Dayat mencoba mengingat pengalaman yang membawa tim ini menjadi juara I di Universitas Diponegoro Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarakan Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) pada akhir April lalu.

Mendapatkan kesempatan itu, Dayat pun tak sengaja mengetahui ternyata pengolahan energi biogas yang ada di sana masih mempunyai limbah. Yakni, berbentuk seperti endapan sisa feses. Selain bau, Dayat menyatakan, endapan ini ternyata juga sangat berbahaya.

”Pikiran saya ini malah bisa menyuburkan tanah atau membuat tanaman semakin segar, eh malah mati,” kata mahasiswa semester akhir ini.

Hal itu diketahui Dayat secara tak sengaja. Ketika dia mengambil sampel endapan limbah kotoran sapi sisa biogas, dia menyiramkan ke tanaman. Dan ternyata tanaman setinggi 20 cm yang ada di halaman kosnya itu mati seketika. Karena itu, Dayat ingin mengembangkan penelitiannya agar limbah biogas ini masih bisa digunakan lagi.

”Jadi, kalau gini kan sia-sia, terus saya pikir bisa dibuat lebih bermanfaat lagi,” ujar Dayat sambil tersenyum.

Walhasil dari pikiran sederhana ini, limbah pengolahan itu bisa membuat enam teknologi sekaligus. Yakni, biogas, listrik, media ternak cacing dan jamur, pestisida cair, pakan ikan, dan pupuk organik.

Terang saja eksperimennya tersebut akhirnya bisa membawa pulang piala bergengsi dari mahasiswa jurusan IKM seluruh Indonesia.

Pewarta: Rino Hayyu
Penyunting: Abdul Muntholib
Copy Editor: Dwi Lindawati
Foto: Darmono

Sumber dari: http://www.radarmalang.id/tim-mahasiswa-um-penemu-wama-tech-pemenang-lomba-teknologi-nasional/

Leave a Reply

Your email address will not be published.