Pembelajaran Sastra Arab Berbasis Stilistika Teks Alquran

Rabu, 6 September 2023 | 10:20 WIB

Prof. Dr. Hanik Mahliatussikah, S.Ag., M.Hum.

Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Sastra Arab pada Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Pembelajaran Sastra Arab membutuhkan objek material sebagai ajang penerapan kajian teoretis atau objek formal. Al-Qur`an adalah salah satu objek material Sastra Arab yang berada dalam derajat keunggulan tingkat satu, baik dari sisi lafadh maupun makna. Keunggulan Al-Qur`an (i`jazul Qur`an), tidak hanya berhenti pada sisi bahasa dan sastra saja, tidak hanya i`jaz bayani saja, namun juga  terdapat i`jaz ilmiy, i`jaz tasyri`iy, i`jaz ghibiy dan i`jaz adadiy. AL-Quran  sumber ilmu pengetahuan yang tak habis digali dan dikaji. Semakin dikaji maka akan semakin memberikan ruang baru untuk kajian berikutnya. 

Prof. Dr. Hanik Mahliatussikah, S.Ag., M.Hum.

Dengan keberadaan Al-Qur`an ini, pembelajaran sastra Arab tidak akan pernah kehabisan tema kajian. Al-Qur`an terbebas dari keterbatasan ruang dan waktu. Walaupun turun di masa Nabi Saw dan menggunakan bahasa Arab, namun inspirasi Al- Qur`an akan selalu relevan sampai kapanpun, di manapun dan bagi masyarakat di belahan dunia manapun. Inilah yang disebut dengan AL-Qur`an shalihun likulli zaman wa makan. AL-Qur`an diturunkan dalam bahasa Arab yang merupakan bahasa rumpun Semit tertua, memiliki jumlah kata terbanyak di dunia dibanding dengan bahasa lainnya. Bahasa Arab memiliki 12.302.912. Adapun bahasa Inggris hanya 600.000, bahasa Prancis 150.000 dan bahasa Rusia 130.000. Dengan posisi Al-Qur`an yang berada dalam serajat tertinggi dari berbagai sisi maka pembelajaran sastra Arab hendaknya berbasis pada Al-Quran. AL-Qur`an harus dijadikan objek kajian yang pertama dan utama serta kiblat dalam pembelajaran sastra Arab. 

Stilistika merupakan ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa, baik dalam teks sastra maupun non sastra. Ranah kajian stilistika meliputi aspek-aspek kebahasaan: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, citraan, gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Kajian stilistika teks Al-Qur`an berarti kajian terhadap penggunaan bahasa dan gaya bahasa dalam teks Al-Qur`an. Bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab yang memiliki derajat sastra berkualitas tinggi, mengandung makna yang mendalam dengan bahasa yang indah. Ilmu stilistika bahasa Arab dipelajari dalam ilmu Balaghah (sastra) dan ilmu uslub (gaya bahasa). Keberadaan ilmu Uslub lebih baru dari Balaghah dan merupakan pengembangan dari Balaghah. Keduanya sama-sama memandang bahwa lafadh dan makna merupakan satu kesatuan sebagaimana teks yang tidak dapat dipisah unsur-unsurnya.

Di antara kajian Balaghah dan uslubiyah itu adalah repetisi/tikrar. Al-Qur`an mengandung repetisi  bunyi, kata, dan kalimat. Repetisi tersebut bukanlah repetisi biasa, tetapi merupakan mukjizat bahasa Al-Qur`an dan memiliki fungsi dan maknanya masing-masing. Setiap kata yang diulang dalam teks Al-Qur`an memiliki tujuan tertentu yang berbeda antara teks yang satu dengan yang lain, meskipun lafadhnya sama. Dalam Al-Qur`an, repetisi di samping untuk keperluan taukid/penekanan dan memberikan kesan tertentu dalam jiwa, juga memiliki fungsi taqrir /penetapan), ziyadah tanbih/ menambah perhatian, ta`dhim/mengagungkan dan tahwil/menakut-nakuti, peringatan dan nasehat, mempermudah dalam memahami dan menghafal Al-Quran. Di samping itu, gaya bahasa repetisi merupakan media Al-Quran untuk menyampaikan makna ayat.

Di antara repetisi yang paling dikenal dalam Al-Qur`an adalah repetisi dalam surah terindah, pengantin Al-Qur`an yaitu surah Ar-Rahman. Repetisi kalimat retoris yang terulang 31x dengan redaksi yang sama, yaitu ayat  fabi ayyi aaalaa`i rabbikumaa tukadz-dzibaan فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ  diselingi oleh ayat-ayat lain secara teratur. Repetisi ini merupakan repetisi terbanyak dalam Al-Qur`an. Dalam bahasa Arab, penekanan/taukid  dilakukan sebanyak tiga kali manakala mitra tutur ingkar terhadap informasi. Jumlah 31 kali repetisi ini menunjukkan bahwa tujuan dan fungsi repetisi dalam ayat ini tidak sekedar memberikan penekanan, tetapi lebih dari itu, yaitu memberikan teguran kepada mitra tutur bahwa betapa nikmat Allah itu sangatlah banyak dan manusia tidak akan mampu menghitungnya, namun mayoritas manusia tidak pandai bersyukur. Ayat ini menggunakan redaksi istifham (pertanyaan) yang di antara fungsinya adalah at-taqri` wa at taubikh (teguran dan celaan). Dengan demikian, repetisi yang berfungsi teguran ini selaras dengan pertanyaan retoris yang dipilih dalam ayat ini. Repetisi menimbulkan ritme linguistik yang indah yang mampu menyentuh dan meningkatkan daya rasa, daya pikir, dan daya kemauan yang kuat untuk merespon pesan-pesan ayat. Terdapat kenikmatan estetis dan psikologis pada mitra tutur dengan adanya repetisi dalam Al-Qur`an. Teori Repetisi merupakan salah satu teori belajar yang telah digunakan Malaikat Jibril as. ketika menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hiro. dengan cara meminta Nabi Muhammad untuk menyebut kata Iqra’ secara berulang.

Surat Ar-Rahman yang memanfaatkan gaya bahasa repetisi mengandung metode pendidikan berupa mengubah pola pikir terlebih dahulu dalam rangka perubahan perilaku yang benar. Surat ini mengajarkan manusia untuk bersyukur atas nikmat Allah. Syukur dilakukan dengan hati, lisan, dan perbuatan. Bersyukur akan berimbas pada bertambahnya nikmat. Nikmat akan menimbulkan kebahagiaan dan kebahagiaan adalah tujuan akhir dari kehidupan.(microsite)

Sumber|https://radarmalang.jawapos.com/pendidikan/812930269/pembelajaran-sastra-arab-berbasis-stilistika-teks-alquran