Nurul Hidayati Dosen Tata Busana UM Angkat Art Wear Wayang Tentang Kehidupan Perajin Bordir Wanita

SURYAMALANG.COM – Nurul Hidayati SPd MSn, dosen Tata Busana Universitas Negeri Malang (UM) menjalani sidang terbuka pertanggungjawaban disertasinya di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta di Rayz Hotel UMM Malang, Kamis (8/6/2023) malam.

Di acara itu juga ada gelar karyanya berbasis bordir. Ada produk yang dipamerkan serta fashion show tujuh tampilan art wear dengan motif wayang beber.

Dengan dilakukannya sidang terbuka ini, ia menjadi doktor seni angkatan ke-85 dari ISI Surakarta. Pidato akademiknya berjudul ‘Mbordir Perempuan: Penciptaan Artwear dengan Motif Wayang Beber’.

Ini sebagai representasi dari potret kehidupan perempuan perajin bordir di Desa Rembang, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.

“Saya tahu tentang perajin bordir disana karena sayabesar di daerah itu,” jelas Nurul dalam ujian disertasi terbukanya.

Ini yang menjadi inspirasinya. S1-juga mengangkat tentang bordir meski dari sisi teknis. Keluarganya mendukung ia meraih gelar doktor hingga profesor kelak dari bordir.

Selain dosen, ia juga menekuni dunia bordir sejak 2011 dan tahu problem apa yang terjadi di dunia itu.

“Saya juga melakukan riset seperti adanya permintaan bordir menurun. Jika ketemu perajin bordir, sering ditanya kapan ada garapan?” kata dia.

Penurunan orderan juga berdampak pada ekonomi mereka. Sebab kebanyakan perajin bordir adalah perempuan dan jadi tulang punggung keluarga.

Mereka mengerjakan di dapur tanpa melupakan pekerjaan domestiknya. Ia menggunakan wayang beber untuk disertasi ini karena ingin membeberkan cerita perempuan perajin bordir.

Teknik penggambaran wayang beber itu ditransformasikan pada bentuk art wear dan  kemudian dibordir. Karya yang ditampilkan ada jubah-jubah panjang dengan menampilkan bordiran yang menggambarkan bagaimana beban pemakainya.

“Itu sebagai lambang beban perajin bordir,” kata dia.

Selain pameran karya, juga ada tampilan pertunjukkan syiir Madura yang biasanya dilakukan perajin bordir saat sore hari.

Pertunjukkan syiir dilakukan oleh perajin bordir dan karyawannya.

“Sejauh ini belum ada fashion mengangkat wayang beber apalagi berdasarkan cerita nyata tentang perajin bordir perempuan,” kata Nurul.

Dewan penguji sidang terbuka itu sembilan orang dipimpin Prof Dr Bambang Sunarto SSen MSn yang sekaligus merupakan dosen dan Wakil Rektor 1 Pascasarjana ISI Surakarta.

Motif wayang beber diangkat sebagai upaya pelestarian budaya Nusantara. Sedangkan busana artwear yang terdiri dari tujuh tampilan terbagi menjadi tiga jagong dalam pewayangan, yaitu jagong 1 dengan tema ‘Kehidupan Desa’, jagong 2 dengan tema “Perempuan Desa” dan jagong 3 dengan tema ‘Setelah Pernikahan’.

Ia juga membuat karya tambahan yang meliputi selendang bordir wayang beber, kipas bordir wayang beber dan sepatu boots bordir wayang beber, dan hiasan dinding.

Sebelumnya, ia juga telah menciptakan karya modest wear dengan motif wayang beber yang terdiri dari enam look.

Sumber| https://suryamalang.tribunnews.com/2023/06/09/nurul-hidayati-dosen-tata-busana-um-angkat-art-wear-wayang-tentang-kehidupan-perajin-bordir-wanita?page=all.