Lima Guru Besar UM Soroti Isu Strategis Pendidikan Indonesia di Era AI dan Tantangan Global

Lima Guru Besar UM Soroti Isu Strategis Pendidikan Indonesia di Era AI dan Tantangan Global

Malang (beritajatim.com) – Universitas Negeri Malang (UM) mengukuhkan lima guru besar dalam Sidang Terbuka Senat Akademik yang berlangsung di Aula GKB A19 Lantai 9. Kelima akademisi ini menyoroti isu-isu strategis nasional mulai dari literasi di era kecerdasan buatan, pendidikan vokasional, penguatan manajemen pendidikan, konstruksi ramah lingkungan, hingga strategi pembelajaran bermakna.

Prof. Anik Nunuk Wulyani, S.Pd., M.Pd., Ph.D. dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Strategi Pembelajaran Extensive Reading dalam Pembelajaran Bahasa Inggris. Dalam orasi ilmiahnya bertajuk “Menjelajah Kata, Merangkai Makna: Saujana Membaca di Era AI dan Profesionalisme Guru.

Prof Anik menekankan pentingnya literasi kritis dan peran guru sebagai pengarah dalam penggunaan teknologi AI, bukan sekadar pengguna pasif.

“Di era AI, tantangan kita bukan sekadar memanfaatkan teknologi, tetapi memastikan bahwa penggunaannya meningkatkan literasi, bukan menggantikan proses berpikir siswa,” ujar Prof. Anik, saat jumpa pers Rabu (16/4/2025).

Ia memaparkan tiga penelitian penting terkait tantangan penerapan extensive reading, pemanfaatan AI oleh siswa EFL (English as a Foreign Language), dan kompetensi guru bahasa Inggris di Indonesia. Ketiganya menunjukkan perlunya pendekatan strategis dalam membangun literasi digital yang kuat dan relevan dengan target SDGs.

Sementara itu, Prof. Dr. Syamsul Hadi, M.Pd., M.Ed., menyoroti problematika pendidikan kejuruan di Indonesia melalui orasi ilmiah bertema “Vokasionalisme-Liberal”. Ia membeberkan fakta bahwa lulusan SMK masih menghadapi tingkat pengangguran terbuka tertinggi dibanding lulusan SMA, meski jumlah SMK terus bertambah sejak 2016.

“Pendidikan kejuruan harus mampu mencetak tenaga kerja dengan kecakapan ganda—teknikal dan adaptif. Bukan hanya siap kerja, tapi juga siap berkembang,” tegasnya.

Ia juga menyinggung stigma pendidikan vokasional sebagai “kelas dua” dan mengajak untuk mereformasi sistem tata kelola dan kepemimpinan pendidikan agar lebih inklusif dan berkelanjutan, sebagaimana rekomendasi UNESCO tahun 2022.

Prof. Dr. Agus Timan, M.Pd., dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Manajemen Satuan Pendidikan. Ia menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dan penguatan kapasitas manajemen di tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sebagai kunci keberhasilan pendidikan nasional.

“Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan komunitas lokal sangat menentukan arah kebijakan pendidikan yang tepat sasaran,” ujar Prof. Agus.

Ia juga menyoroti perlunya sistem pengelolaan berbasis data, kepemimpinan inovatif, dan pelibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pendidikan.

Adapun, Prof. Apif Miptahul Hajji, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D., menyampaikan orasi tentang pentingnya inventori peralatan konstruksi berbasis energi dan emisi untuk proyek infrastruktur. Ia menyoroti Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sebagai kontributor besar emisi gas rumah kaca akibat pertumbuhan infrastruktur.

“Estimasi dampak energi dan emisi dari alat konstruksi menjadi penting agar proyek infrastruktur tidak hanya besar, tapi juga ramah lingkungan,” jelas Prof. Apif.

Ia mengusulkan pengembangan metode estimasi berbasis produktivitas alat dan biaya proyek sebagai solusi terukur bagi industri konstruksi nasional.

Prof. Dr. Parlan, M.Si., dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Metakognisi dalam Pembelajaran Kimia. Ia memperkenalkan strategi pembelajaran PDCA (Preparing, Doing, Checking, Assessing) yang mengintegrasikan teori metakognisi dengan pembelajaran aktif dan penjaminan mutu.

“Strategi ini tidak hanya meningkatkan hasil belajar, tetapi juga kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan ilmiah siswa,” jelasnya.

Penelitian yang ia lakukan menunjukkan peningkatan signifikan dalam penguasaan konsep, kemampuan argumentasi, dan keterampilan proses sains di kalangan siswa maupun mahasiswa calon guru. (dan/kun)

Sumber|https://beritajatim.com/lima-guru-besar-um-soroti-isu-strategis-pendidikan-indonesia-di-era-ai-dan-tantangan-global