Kolab dengan Pemdes, LPPM Universitas Negeri Malang Miliki Lab Alam di Pacet Kabupaten Mojokerto
SURYAMALANG.COM-MALANG – Lembaga Penelitian dan Pengabdian (LPPM) Universitas Negeri Malang (UM) bekerja sama dengan pemerintah desa Padusan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, meluncurkan laboratorium alam pada Kamis (6/7/2023). Laboratorium alam ini bertujuan sebagai ruang penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memanfaatkan kekayaan alam, sejarah, dan budaya yang ada di desa tersebut.
Peresmian laboratorium alam ini dilakukan oleh Dr. Ahmad Munjin Nasih, MAg, Wakil Rektor III UM bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Inovasi, yang didampingi oleh Prof. Dr. Markus Diantoro, MSi, Ketua LPPM UM, Dr. Hary Suswanto, ST, MT, Sekretaris LPPM UM, dan Hj. Iriani Mualifah, Kepala Desa Padusan. Harapannya, laboratorium ini dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran.
Desa Padusan terletak di kaki Gunung Welirang dan memiliki potensi alam yang meliputi sumber air panas yang menjadi ikon pariwisata desa tersebut. Selain itu, desa ini juga memiliki Bukit Krapyak dan Puthuk Puyang yang memiliki keragaman flora dan fauna yang menarik.
“Keberadaan laboratorium alam ini diharapkan dapat mendorong berbagai akademisi dan praktisi dari berbagai disiplin ilmu untuk melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,” ungkap Dr. Grace Tjandra Leksana, SPsi, MA, Kepala Pusat Ekonomi, Humaniora, dan Pariwisata LPPM UM.
Ia menambahkan bahwa laboratorium alam ini tidak hanya digunakan oleh LPPM UM dan Desa Padusan, tetapi juga tersedia untuk masyarakat umum. Tujuan utama laboratorium alam ini adalah sebagai sarana edukasi dalam bentuk taman edukasi atau EduPark UM-Padusan yang berbasis lingkungan, sosial, dan budaya.
Di desa ini terdapat berbagai kekayaan budaya dan sejarah, seperti kesenian bantengan, tradisi Sedekah desa, situs-situs peninggalan masa Majapahit akhir, situs-situs masa kolonial (seperti Badhotel Padusan, waduk, dan villa masa kolonial), Goa Jepang, dan Monumen Perjuangan Kapten Soemadi.
Desa Padusan juga memiliki potensi kuliner lokal seperti olahan buah bit, olahan labu kuning/waluh, ketela ungu, dan minuman khas bernama badheg. Keanekaragaman ini menjadi alasan utama pembangunan Laboratorium Alam di Desa Padusan. Grace menjelaskan bahwa LPPM UM telah memiliki kesepakatan kerja sama dengan Desa Padusan sejak akhir tahun 2021 untuk membangun laboratorium alam ini.
Namun, karena pandemi COVID-19, peluncuran laboratorium baru dapat dilakukan pada tahun ini. Ia berharap bahwa keberadaan laboratorium alam ini akan mendorong akademisi dan praktisi dari berbagai disiplin ilmu untuk melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Kepala Desa Padusan menyatakan bahwa desanya masuk dalam 69 desa mandiri dalam pemutakhiran Indeks Desa Membangun (IDM) Kabupaten Mojokerto tahun 2022 dan telah menerima penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Mojokerto.
Ia berharap laboratorium ini dapat mengeksplorasi kekayaan alam yang ada di Desa Padusan untuk kegiatan pembelajaran bagi akademisi UM. Wakil Rektor III UM menjelaskan bahwa laboratorium alam merupakan bagian penting dalam proses pendidikan.
“Seorang dosen dan mahasiswa pasti membutuhkan laboratorium untuk pengembangan ilmunya. Nah, laboratorium alam ini dapat dimanfaatkan oleh program studi yang membutuhkannya. Saya membayangkan bahwa laboratorium ini dapat dimanfaatkan oleh program studi geografi, biologi, sejarah, dan lainnya,” ujarnya.
Pengelolaan laboratorium alam ini akan dilakukan secara kolaboratif antara pihak desa dan Pusat Ekonomi, Humaniora, dan Pariwisata LPPM UM. Dengan peluncuran ini, Desa Padusan menjadi laboratorium alam pertama di Kabupaten Mojokerto yang digagas bersama dengan UM.
Sumber|https://suryamalang.tribunnews.com/2023/07/07/kolab-dengan-pemdes-lppm-universitas-negeri-malang-miliki-lab-alam-di-pacet-kabupaten-mojokerto.