Kecerdasan Buatan dalam Pembelajaran Bahasa, Pakar: Manusia Tetap Tak Tergantikan

Kecerdasan Buatan dalam Pembelajaran Bahasa, Pakar: Manusia Tetap Tak Tergantikan

 
Malang (beritajatim.com) – Dalam seminar yang membahas penerapan kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan bahasa, para pakar menegaskan bahwa kecerdasan manusia tetap tidak tergantikan oleh teknologi. Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A., menyatakan bahwa kecerdasan buatan belum mampu sepenuhnya menggantikan peran kompleks manusia, terutama dalam analisis bahasa dan konteks linguistik.
 
“Kecerdasan kita memiliki kedalaman yang tak dapat tergantikan AI, khususnya dalam pembelajaran dan analisis linguistik yang memerlukan pemahaman kontekstual manusia,” ujarnya saat menyampaikan materi Euphemisms Found in Armed Criminal Group Eradication Discourses in West Papua, Kamis (7/11/2024) yang hadir secara daring.
 
Sejalan dengan itu, menurut Prof. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum. dari Universitas Sebelas Maret di era Revolusi Industri 4.0, pengembangan literasi digital generasi muda Indonesia sangat penting. Namun tetap perlu diimbangi dengan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi efektif.
 
“Kita harus ingat bahwa literasi digital tidak hanya tentang penguasaan teknologi, tetapi juga mencakup kemampuan berinovasi dan beradaptasi secara kreatif dan humanis. Dalam konteks ini, manusia tetap memainkan peran utama sebagai fasilitator dalam memanfaatkan teknologi secara bijaksana,” ujarnya.
 
Di tengah perkembangan teknologi, seminar Nitisastra ke-9 yang diadakan oleh mahasiswa S3 Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Malang (UM) membahas pentingnya merajut pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam pusaran kecerdasan buatan menuju era digital yang humanis. Seminar ini menghadirkan para pakar, akademisi, dan mahasiswa secara luring di A20 Ruang 901 dan melalui daring.
 
Narasumber yang hadir langsung, yaitu Prof. Dr. Sumiyadi, M.Hum. (Universitas Pendidikan Indonesia), dan Dr. Pidekso Adi, M.Pd. (Universitas Negeri Malang). Hadir secara daring Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A. (Universitas Gadjah Mada), Prof. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum. (Universitas Sebelas Maret), dan Nisachon Chuchai, M.Ed. (Walailak University, Thailand).
 
Dr. Pidekso Adi, M.Pd. menggarisbawahi peran teknologi dalam menciptakan metode pembelajaran yang interaktif dan kolaboratif. Menurut Dr. Pidekso, pemanfaatan platform e-learning dan aplikasi digital dapat membantu meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar, namun tetap harus diiringi dengan pendampingan guru.
 
“Peran pendidik abad ke-21 adalah menjadi fasilitator yang mengembangkan keterampilan literasi digital dengan pendekatan humanis. Pendidikan modern tidak hanya membutuhkan teknologi, tetapi juga pemahaman mendalam tentang peran bahasa sebagai alat komunikasi dan identitas budaya,” ujarnya.
 
Prof. Dr. Sumiyadi, salah satu narasumber dari Universitas Pendidikan Indonesia, mengemukakan konsep Artefak dan Eksegesis sebagai cara untuk menyiasati dampak teknologi dalam desain sastra dan pembelajarannya. Artefak adalah hasil karya kreatif, sementara eksegesis merupakan penjelasan ilmiah dari karya tersebut.
 
“Kedua hal ini memungkinkan mahasiswa untuk mengintegrasikan penelitian dengan proses kreatif,” jelas Prof Sumiyadi dalam pemaparannya.
 
Ketua pelaksana Nitisastra 9, Titis Bayu Widagdo, S.Pd., M.Li., menyampaikan pentingnya peran kecerdasan buatan dalam mengubah ekosistem pendidikan secara signifikan. Menurutnya, kecerdasan buatan mengalami perkembangan pesat yang berdampak besar pada banyak bidang, termasuk pendidikan, bahasa, dan sastra.
 
“Seminar ini diharapkan menjadi wadah untuk membuka cakrawala baru dalam memahami peran AI serta implikasinya bagi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang lebih humanis,” ujar, Titis.
 
Wakil Dekan 2 Fakultas Sastra UM, Dr. Edy Hidayat, S.Pd., M.Hum., menjelaskan bahwa kehadiran AI dalam sastra dan bahasa memperkuat pentingnya pemahaman mendalam tentang literasi digital. AI yang semakin terintegrasi dalam kehidupan memerlukan pendekatan pembelajaran yang kritis dan reflektif
 
“Diperlukan pendekatan pembelajaran yang kritis dan reflektif untuk membentuk pemikiran yang lebih baik dalam memahami kecerdasan buatan. Ini mendorong kita untuk tidak hanya berbagi ilmu, tetapi juga menumbuhkan antusiasme untuk menyongsong era digital yang humanis,” ungkap Dr. Edy. (dan/kun)
 
Sumber|https://beritajatim.com/kecerdasan-buatan-dalam-pembelajaran-bahasa-pakar-manusia-tetap-tak-tergantikan