Hari Tari Sedunia, Kampung Budaya Polowijen Gelar Ritual Doa Topeng Nusantara
SURYAMALANG.COM – Hari Tari Sedunia (World Dance Day), Kampung Budaya Polowijen (KBP) bersama Universitas Negeri Malang menggelar ritualan doa topeng Nusantara. Selain itu, juga digelar menari selama 5 jam oleh ratusan peserta lintas stakeholders.
Penggagas KBP Isa Wahyudi mengatakan kegiatan yang digelar pada Ahad (28/04) ini sebagai bentuk apresiasi dan mengungkapkan ekspresi tentang kegembiraan warga bahwa dengan berkesenian dan kebudayaan diperingati dengan peringatan khusus sehingga masyarakat mengetahui bahwa ini hari tari internasional.
“Kegiatan kolosal bertajuk ‘Gelar Dongo Topeng Nuswantoro’ ini melibatkan lebih kurang 300an orang dari pelbagai lapisan masyarakat. Mulai warga KBP, siswa-siswi SD Arjosari I, sanggar tari Sumberawan, para penari Balearjosari, mahasiswa-mahasiswi dari beberapa perguruan tinggi, dan masih banyak lagi,” kata Isa Wahyudi di Polowijen.
Isa Wahyudi yang beken disapa Ki Demang mengatakan ada banyak macam cara masyarakat mengapresiasi seni dan budaya. Salah satunya adalah dengan menari. Menari adalah ekspresi jiwa yang menggambarkan perilaku, kehidupan masyarakat bahkan cerita tentang kejadian-kejadian yang diselaraskan melalui gerak, ritme dan lagu, di dalamnya ada penghayatan, pemaknaan yang mengandung nilai-nilai dan pesan moral tentang kebajikan.
Dikatakan Ki Demang, lebih dari 10 tarian termasuk tarian kolosal yang dipentaskan. Namun yang lebih diutamakan tari-tarian topeng yang selama ini menjadi ciri khas Polowijen. Antara lain, tari Beskalan Putri, Beskalan Patih, Grebek Jawa, Grebek Sabang, Grebeg Bapang, kemudian tari Topeng Ragil Kuning.
“Selain itu masih ada lagi suguhan-suguhan seni budaya lain yang akan dipentaskan,” katanya.
Kaum Milenial Rawat Seni Tradisi Lokal
Sementara, budayawan Malang Dr. Robby Hidajat yang turut menyemarakan acara itu menilai di era generasi milenial dan jaman now seperti ini, tidaklah mudah generasi muda-mudi mempertahankan seni tradisi dan mewarisi generasi jaman sebelumnya.
“Dibutuhkan kearifan dan sikap bijak saling memotivasi dan memfasilitasi untuk uri-uri budaya agar seni tradisi yang merupakan hasil cipta karya dan karsa lestari selamanya,” ujar Robby.
Menurut Robby momen Hari Tari Sedunia merupakan momentum untuk mengajak semua kalangan lebih dekat dengan seni tradisi lokal. Tugas kita adalah mewarisi dan melestarikannya.
“Turut berpartisipasinya anak-anak dan kaum milenial pada event kali ini sebagai wujud nyata mulai sadar tentang tari sebagai salah satu warisan luhur Nusantara,” ujar dosen tari Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra UM ini.
Hari Tari Sedunia yang digelar di Polowijen ini dimeriahkan ratusan penari yang mementaskan mulai tari topeng, tari tradisional, tari kreasi, dan masih banyak lagi. Tampak hadir pula penari klasik transgender Nyai Dadak Purwo.
Gelaran ritual diawali dengan semua para penari membawa topeng dari KBP berjalan menuju sumur windu Ken Dedes menjemput Nyai Dadak Purwo kemudian diarak menuju KBP. Sesampai di KBP semua penari diajak menggelar doa topeng-topeng nusantara, antara lain topeng dari Cirebon, Jogjakarta, Madiun, Ponorogo, Malang, Sumenep, Situbondo, Bali.
Dalam gelaran doa topeng nusantara, semua penari juga diajak nyekar ke makam Ki Tjondro Suwono (Buyut reni) sang empu topeng Malang, kemudian menari bersama tari topeng Ragil Kuning yang menjadi ciri khas tari topeng Polowijen. ADI H
Sumber dari: http://suryamalang.tribunnews.com/2019/05/02/hari-tari-sedunia-kampung-budaya-polowijen-gelar-ritual-doa-topeng-nusantara