Lima Profesor Baru UM Dikukuhkan, Prof Dr Muslihati Kembangkan BK Multibudaya

SURYAMALANG.COM, MALANG – Sebanyak lima profesor baru di Universitas Negeri Malang (UM) akan dikukuhkan, Rabu (6/9/2023). Mereka adalah Prof Dr Tri Kuncoro ST MPd, Prof Dr Ibrohim MSi; Prof Hanik Mahliatussikah SAg MHum, Prof Dr Muntholib SPd MSi dan Prof Dr Muslihati SAg MPd. Menurut Muslihati, konseling itu jika dilihat dari keilmuannya adalah ilmu psikologi terapan tapi di bidang pendidikan. 

“Kita tahu bahwa konseling adalah teori barat. Kayak pendekatan behavioristik dan psikoanalisis. Semua dari barat. Di barat, konseling bagian dari kehidupan karena disana untuk layanan kesehatan mental sudah memjadi sesuatu yang biasa. Tapi kalau di Indonesia, layanan konseling di sekolah masih berjuang untuk mendapatkan eksistensinya,” jelas dosen ini pada wartawan di sela gladi bersih pengukuhan, Selasa (5/9/2023).

Lima Profesor Baru UM Dikukuhkan, Prof Dr Muslihati Kembangkan BK Multibudaya

sylvianita widyawati/Prof Dr Muslihati SAg MPd, profesor baru Universitas Negeri Malang (UM) yang dikukuhkan pada Rabu (6/9/2023).

Hal ini karena di Indonesia memiliki kebiasaan dan sekarang sudah mulai berubah yaitu masalah itu tidak boleh diceritakan pada orang lain. “Mendem njero (dipendam dalam hati, red),” katanya. Namun teori-teori barat ketika kita mengembangkannya dalam konseling tidak bisa serta merta bisa dilakukan. Hal ini karena berangkat dalam setting budaya. Misalkan pemberian pujian. Bagi orang barat kan biasa.
Tapi kalau diberlakukan di Indonesia, dipuji sedikit malah besar kepala. Hal ini karena ada mindset yang berbeda. “Makanya diperlukan pendekatan multibudaya dalam konseling dan bimbingan. Kalau bimbingan ke preventif. Kalau konseling ke kuratif,” kata dia. Menurutnya, di Indonesia bukannya tidak punya dasar healing dan teknik helping.

“Ada. Kita punya warisan budaya seperti cerita rakyat, dolanan (permainan tradisional) bahkan kayak tradisi tembang (lagu) itu kan isinya nasihat Salah satunya yang unik ada suwuk dan wirid, rukyah itu khas Indonesia meski ada unsur arabnya pada doa-doa. Tapi penggunaan itu jarang diangkat. Sedang kami lebih mengangkat itu pada budaya indonesia sebagai adiluhung dalam layanan BK,” paparnya.

Misalkan ketika mengajarkan kejujuran, tidak hanya mengajarkan dari barat saja tapi banyak cerita yang bisa diangkat, terutama pada teknik-tekniknya. Misalkan dalam bermain dakon itu kan menampilan sportifitas, kejujuran dan ketelatenan. Gobak sodor mengajarkan kerjasama. Di Indonesia itu kaya pada teknik-teknik bantuan. Healing dan helping dalam perspektif budaya itu luar biasa. 

Ia menyebut, penulis asing menyatakan Indonesia memiliki banyak harta karun tapi belum digali. “Makanya saya angkat di pengukuhan ini insersi budaya nusantara dalam BK untuk penguatan identitas diri. Kenapa remaja kita banyak terjerumus dalam perilaku yang gak pas, mulai dari ketangguhan residensinya kurang sampai paling ekstrim bunuh diri, itu karena identitas dirinya kurang kuat,” paparnya.

Ia berharap lewat BK berbasis multibudaya mencoba menguatkan identitas remaja Indonesia yang punya benteng untuk menghadapi perubahan dan tantangan. “Sebenarnya BK berbasis multibudaya itu sudah dilakukan di lembaga pendidikan meski belum menasional. Jadi perlu diupayakan,” ujarnya. Ia menyebutkan di UM, BKnya inovatif dan berbasis kehidupan. 

Ia pada Kelompok Bidang Keilmuan (KBK)nya, mengarahkan mahasiswanya ke pengembangan/penelitian yang mengarah pada eksplorasi nilai-nilai budaya Indonesia dan mengembangkan teknik-teknik yang dimuati oleh kearifan lokal Indonesia. Ia mencontohkan mahasiswa bimbingannya S3 melakukan penelitan untuk mengurangi kecemasan akademik mahasiswa dengan murotal Al Quran. 

“Jadi dipadu dengan konseling kognitif behavior dan diberi murotal Al Quran dengan diberi lagu tertentu yang sengaja kami pilih. Memang harus ada uji lebih lanjut untuk melihat gelombang elektromagnetik pada lagu murotal itu apa bisa merelaksasi otak sampai pada titik tertentu agar rileks. Memang harus dilakukan penelitian lebih lanjut. Kami melakukan penelitian multidisiplin,” jawabnya.

Sumber| https://suryamalang.tribunnews.com/2023/09/05/lima-profesor-baru-um-dikukuhkan-prof-dr-muslihati-kembangkan-bk-multibudaya.