Perangkat Pembelajaran Deteksi Kualitas Air Ajak Siswa Cegah Pencemaran Lingkungan

16-12-2019 / 18:45 WIB

Malangpostonline.com – Universitas Negeri Malang (UM) mengukuhkan dua guru besar baru bidang pendidikan Biologi, Prof. Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd dan bidang Biologi, Prof. Dr. Abdul Gofur, M.Si, Selasa (17/12) hari ini di Graha Rektorat UM.

Penelitian tentang Pembelajaran Deteksi Kualitas Air Sederhana dengan Indikator Biologi Bentos Makroinvertebrata telah dilakukan Prof. Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd sejak 2007 silam terus disempurkan hingga menghasilkan temuan yang mudah diimplementasikan untuk pelajar mulai dari SD hingga SMA. Masalah lingkungan yang komplek menjadi latar belakang penelitian ini terutama ketersediaan air bersih yang kian berkurang akibat pencemaran lingkungan dari limbah domestik keluarga.

Perangkat Pembelajaran Deteksi Kualitas Air Ajak Siswa Cegah Pencemaran Lingkungan

 Prof. Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd (kanan) dan Prof. Dr. Abdul Gofur, M.Si (kiri) dikukuhkan sebagai guru besar UM.

“Ini upaya untuk mencegah pencemaran lingkungan selain dengan teknologi dan regulasi, kami bergerak dalam bidang pendidikan dengan menemukan alat deteksi untuk membekali pelajar melalui pembelajaran terkait lingkungan yang efektif selain wawasan juga praktikum,” ujar Prof. Susriyati.

Ia melanjutkan, masalah lingkungan pada dasarnya sangat kompleks salah satu yang sedang marak adalah tentang polusi air. Upaya mengatasi pengurangan pencemaran air ini dengan mengajak siswa ke sungai melakukan praktikum melalui alat perangkat pembelajaran yang dinamakan Instrumen Deteksi Kualitas Air Sederhana Dengan Indikator Biologi Bentos Makroinvertebrata.

Cara penggunaan alat ini yakni siswa mencari bentos pada sungai, kemudian mengidentifikasi jenis bentos tersebut berdasarkan klasifikasi yang telah disediakan apakah termasuk hidup pada sungai belum tercemar, sedang atau sudah tercemar. Kemudian menghitung jumlah bentos dan menganalisisnya pada matrik warna-warni hingga menemukan kesimpulan apakah kualitas air tersebut dalam kondisi bagus, sedang atau tercemar.

“Kami menyajikan perangkat pembelajaran yang lebih simpel, bisa menemukan bentos termasuk dalam kelompok mana dengan cepat, serta dapat menentukan kualitas air lebih cepat pula, untuk mendeteksi ini pun tidak perlu dilakukan oleh profesional,” terangnya.

Penelitian ini telah teruji keakuratannya karena menggunakan penelitian di sungai sepanjang 45 km mulai dari Sumber Brantas Batu hingga Kepanjen. Terdapat lima stasiun (titik) pengujian dimana masing-masing identifikasi memiliki hasil yang berbeda-beda, misalnya saja di Sungai Brantas ditemukan 13 spesies bentos makroinvertebrata dan 16 spesies di Sungai Metro.

Sementara itu, penelitian yang diusung oleh Prof. Dr. Abdul Gofur, M.Si berkaitan dengan potensi kekayaan hayati Indonesia sebagai alternatif terapi diabetes mellitus dan sudut pandang di bidang bilogi reproduksi. Pengobatan alternatinf (herbal) yang diteliti olehnya yakni menggunakan uni jalar ungu dan kedelai hitam untuk pengobatan kencing manis (diabetes mellitus).

“Kedua komoditas tersebut mengandung antioksidan berupa antosianin yang dapat menurunkan radikal bebas dalam tubuh yang disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat, konsumsi makanan tinggi lemak, polusi dan sebagainya,” jelas Prof. Gofur.

Pria kelahiran 7 Juli 1954 ini memaparkan kecenderungan pola makan saat ini yang dominan menganut gaya kebarat-baratan misalnya mengonsumsi makanan cepat saji dan tinggi lemak makanan instan, bersoda, dan kurang berolahraga. Gaya hidup demikian dapat menyebabkan berbagai penyakit salah satunya diabetes yang bisa berimplikasi pada sistem reproduksi.

“Kadar gula darah tinggi secara berkepanjangan pada penderita diabetes menyebabkan terganggunya spermatogenesis, bahkan hasil survei lain menunjukkan sekitar 90 persen laki-laki yang terkena diabetes memiliki gangguan fungsi seksual akhirnya berdampak infertile atai tidak subur,” tandas pria asal Sidoarjo ini.

Penelitian yang dilakukan Prof. Gofur menggunakan hewan uji coba tikus yang dibuat hingga memiliki diabetes. Kemudian diberi perlakukan berupa pengobatan tanaman herbal ekstrak ubi jalar dan kedelai hitam selama satu bulan. Hasilnya tikus penderita diabetes tersebut mengalami perbaikan serta kadar gulanya menurun. (lin/Malangpostonline.com)

Sumber dari; https://www.malangpostonline.com/Edupolitan/Kampus/2019-12/28006/perangkat-pembelajaran-deteksi-kualitas-air-ajak-siswa-cegah-pencemaran-lingkungan

Leave a Reply

Your email address will not be published.