Mahasiswa Perlu Diajarkan Mocopatan

 

Download Malang Post 26 April 20018 hal 7

Dialog Mahasiswa Perlu Diajarkan Mocopatan

MALANG – Tradisi lisan mocopatan mulai punah dihidupkan kembali secara informal dalam Dialog Nasional
Pancasila, di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UM, kemarin. Menghadapi tantangan rendahnya minat bahasa lokal saat ini, membuat FIS UM juga berencana akan menyisipkan budaya lisan seperti Mocopatan masuk dalam bagian kurikulum.

“Kami mengenalkan mocopatan terbaru dengan cara berdialog dengan menembang mocopatan. Pengalaman di daerah-daerah, mocopatan masuk dalam materi tingkat SD, seharusnya di tingkat perguruan tinggi juga dapat disisipkan ke mata kuliah antropologi budaya tentang bagaimana ragam budaya salah satunya mocopatan,” ujar Kajur Prodi PPKn FIS UM, Suparlan AI Flakim, yang ditemui Malang Post, kemarin.

Dia melanjutkan, ada kelangkaan generasi untuk mengenal tradisi lisan mocopatan saat ini. Pentingnya bagaimana menautkan dalam tembang nilai kearifan pada generasi muda, Indonesia punya banyak seni daerah yang bersifat lisan dan memiliki kekayan pitutur panduan,

“Jika tidak dipelajari sendiri, maka orang asing yang akan lebih tabu tentang budaya kita. Mocopatan menjadi bagian dari kepribadian berkebudayaan yang mampu diterapkan pada generasi dan perlu dimaksimalkan dalam pendidikan formal dan non formal atau informal seperti saat ini,” ungkapnya.

Selain macapat. mahasiswa FIS juga mempelajari panumbromo yang mempelajari nilai bahasa lokal. Keduanya memang disampaikan dalam bentuk nembang bahasa Jawa dengan irama halus yang mampu tnenanamkan nilai moral pada generasi muda.

“Satu sisi, mahasiswa juga dituntut mengenal bahasa asing, namun tidak boleh mengabaikan bahasa lokal. Hanya 40% mahasiswa FIS UM yang mampu memahami mocopatan dengan baik dan ini masih tergolong rendah,” tutur Dekan FIS UM. Prof Dr Sumarmi MPd.

Rendahnya minat budaya lokal ini, membuat lulusan FIS UM memiliki tantangan yang besar saat menjadi guru PPKN nanti. Hal ini disampaikan oleh Rektor Universitas Wisnuwardhana, Prof Suko Wiyono yang juga turut hadir dalam Dialog Nasional Pancasila tersebut,

Menurutnya, banyak sekali nilai tuhur yang didapatkan dari mocopatan seperti gotong royong, menepati janji, dan kejujuran yang sekaligus juga merupakan nilai pancasila. Sehingga kedepan, mocopatan juga dapat disisipkan dalam
mata kuliah di FIS untuk menyiapkan lulusan calon guru PPKn kompetitif,

“Budaya lisan sudah mulai punah dan menurut saya perlu ditambahkan dalam kurikulum perkuliahan FIS. Sebab, tantangan guru PPKN semakin berat, antara nilai yang ada dengan kenyataan di lapangan yang jauh. Sehingga mereka harus dibekali budaya lisan agar saat menjadi guru nanti, ilmunya selama mengajar dapat dikembangkan,” imbuh Rektor Universitas Wisnuwardhana yang sekaligus Ketua Senat UM itu. (mg3/oci)

Leave a Reply

Your email address will not be published.