Begini Efektivitas Baliho dalam Kontestasi Pilkada Malang

07 Aug 2024 – 11:44 Malang

KBRN, Malang : Akademisi Universitas Negeri Malang menyebut baliho kerapkali menjadi media pertama yang digunakan oleh para bakal calon peserta Pilkada untuk memperkenalkan diri mereka kepada masyarakat, karena dekat dengan lingkungan sosial, sehingga baliho dimanfaatkan sebagai sarana utama pembentukan branding oleh bakal calon peserta Pilkada.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang (UM), Surya Desismansyah Eka Putra, S.Pd., M.Phil., mengatakan bahwa antara masyarakat sebagai pemilih dengan para bakal calon peserta Pilkada terdapat jarak, sehingga media seperti baliho tidak akan pernah putus dan hilang di setiap penyelenggaraan pesta demokrasi di tingkat daerah. 

Begini Efektivitas Baliho dalam Kontestasi Pilkada Malang

Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang (UM), Surya Desismansyah Eka Putra, S.Pd., M.Phil saat berdialog di RRI Malang. (Foto: RRI Malang/Syamsuddin)

Menurutnya, secara prinsip masyarakat tidak mengenali sosok bakal calon peserta Pilkada, ditambah Partai Politik pun belum mendaftarkan secara pasti siapa yang akan maju dalam kontestasi di daerah ini.

“Contohnya saja, PDIP kan belum pasti siapa saja yang akan diajukan sebagai calon wali kota Malang. Mereka masih menakar siapa yang akan menjadi calon pasti dalam kontestasi di 2024 ini,” ucapnya, Rabu (7/8/2024).

Surya Desismansyah Eka Putra lalu menggambarkan, maraknya baliho yang kini muncul di ruang publik menandakan adanya proses kaderisasi yang terputus antara politisi dengan sosok yang dianggap bisa mewakili identitas masyarakat setempat. 

Sehingga belum ada sosok dari bakal calon peserta Pilkada ini yang mampu engage, memiliki kedekatan identitas, dan lokalitas dengan masyarakat atau pemilihnya. 

Dirinya mencontohkan, jika dilihat di Kota Malang, jarang sekali Kota Malang memiliki wali kota yang asli berasal dari Kota Malang. Hal itu tercermin dalam desain perkotaan di Kota Malang yang tidak memiliki identitas yang baku.

“Orang Kota Malang itu sangat terbuka terhadap siapapun calon wali kotanya, sehingga dalam perspektif budaya tidak ada kendala bagi para bakal calon mengenalkan diri ke warga Kota Malang. Siapapun bisa masuk ke Kota Malang. Oleh sebab itu, para bakal calon perlu mengetahui dan menggali kembali identitas apa yang dimiliki Kota Malang. Misalnya, apakah Arema itu hanya sebatas klub bola atau melampaui hal itu? Calon-calon itu tidak mempunyai kultur yang sangat Malang sekali,” ungkapnya.

Surya Desismansyah Eka Putra lantas menyatakan bahwa bagi masyarakat Kota Malang yang memiliki budaya “arek” yang kental, maka identitas, kultur, dan lokalitas asli Malang bukan menjadi penentu atau kriteria untuk calon kepala daerah. Hal ini berimplikasi pada aktor-aktor sosial di masyarakat Kota Malang, yang justru bukan sebagai tokoh yang bisa diangkat sebagai bakal calon peserta Pilkada, namun sebagai sumber basis suara yang punya nilai tawar.

“Tidak berarti bahwa, kalau misalnya mereka basis suara yang besar, maka mereka layak untuk dijadikan pemimpin. Termasuk apakah dia sudah memiliki investasi moralitas yang signifikan di situ. Itu kadang-kadang tidak menjadi pertimbangan, tetapi kalkulasi politik mendahului kalkulasi sosial masyarakat Kota Malang,” ujarnya.

Sumber|https://www.rri.co.id/pilkada-2024/884588/begini-efektivitas-baliho-dalam-kontestasi-pilkada-malang