UM Tambah Empat Guru Besar

Malang, SERU.co.id – Universitas Negeri Malang (UM) menambah jumlah Guru Besarnya. Tak tanggung-tanggung, empat Profesor langsung dikukuhkan. Di antaranya Prof Dr Sugiarto MS, Prof Dr Primardiana Hermilia MPd, Prof Dr Adi Atmoko MSi MPd dan Prof Dr Aman Santoso MSi.

Pertama, Prof Dr Sugiarto MS mengangkat “Urgensi Fisiologi Olahraga untuk Meningkatkan Kesehatan dan Prestasi”. Menurutnya, banyaknya kasus serangan jantung saat berolahraga lantaran orang tersebut tidak paham fisiologi atau manajemen tubuh.

“Harusnya, tiap latihan harus bertahap, dan meningkat,” seru Prof Dr Sugiarto MS.

Disebutkannya, Ilmu Fisiologi dipergunakan untuk dosis latihan berdasarkan usia. Aktifitas olahraga itu berat, bisa menimbulkan stress, lantaran kerja otot dipaksa kerja keras.

“Dengan penerapan Fisiologi ini, kesehatan terjaga dan berdampak peningkatan prestasi,” tegasnya.

Kedua, Prof Dr Primardiana Hermilia MPd didapuk menjadi Guru Besar bidang Bahasa Jerman, lantaran menemukan metode Kaizen yang diterapkan dalam pembelajaran. Dimana arti Kaizen, merupakan perubahan positif yang lebih baik dan dilakukan terus menerus.

Perbaikan pembelajaran atau penerapan Kaizan, yakni dengan mengenali masalah dan memberikan umpan balik agar siswa semakin paham. Dengan menggelar ujian akan mengetahui kelemahan, serta memberikan umpan balik beserta solusi dan contohnya.

“Dampak positif penerapan Kaizen, dimana masing-masing mahasiswa diwajibkan membuat catatan kelemahan. Selanjutnya diperbaiki bersama dosen terkait dan kelompok yang telah dibentuk untuk sama-sama berubah lebih baik dari kesalahan dan kelemahannya,” beber Prof Rimar, sapaannya.

Menurutnya, ada peningkatan 50 persen peningkatan kemampuan belajar yang mengarah perbaikan dari tiap kelemahan siswa tadi. Dimana lingkungan dari kelompok bentukan, dapat saling mendukung dan mempercepat proses perbaikan.

Ketiga, Prof Dr Adi Atmoko MSi MPd merupakan Guru Besar bidang psikologi pembelajaran. Dalam karya ilmiahnya, ia menyoroti tindakan guru di kelas dalam menghadapi berbagai perilaku siswa.

Khususnya tindakan negatif siswa, seperti ngantuk dan bolos. Menurutnya, hal ini terjadi karena ketidakharomonisan guru dengan siswa. Dengan kata lain, ada dugaan konflik antar siswa, atau siswa dengan guru.

“Maka cara pandang guru terhadap hakikat pembelajaran perlu dibenahi. Jika guru pandangan sempit, cuma capaian pembelajaran yang dikejar, rentetannya jika anak salah, dianggap negatif. Guru pun kemudian jengkel dan bertindak negatif dengan membully atau bertindak keras terhadap murid,” terangnya.

Dampaknya, siswa kemudian jadi malas ke sekolah atau bahkan menolak untuk belajar. Hingga kemudian perlu perbaikan, mulai dari cara pandang guru yang diperluas, tidak hanya mengajar di kelas. Namun menjadikan siswa harus punya kemampuan menyelesaikan masalah.

“Idealnya tugas guru harus bisa merancang pembelajaran, serta membuat iklim kondusif dan kenyamanan belajar. Hasil dari perluasan cara pandang tersebut, siswa tidak hanya terangkat kompetensi akademis saja. Namun juga kompetensi sosial maupun religinya terdongkrak,” tandasnya.

Keempat, Prof Dr Aman Santos MSi, dari MIPA Kimia, lantaran memanfaatkan limbah Bioful, dengan latar belakang pemikiran akan kebutuhan energi yang terus meningkat. Dimana saat ini bahan energi masih dari fosil yang semakin menipis cadangannya, dan diprediksi 2050 bakal terjadi kelangkaan energi.

“Maka perlu dikembangkan energi alternatif, yakni berupa Bio Diesel dari minyak sawit. Sayangnya sementara ini bahan bakar dari Bio Diesel masih dianggap pesaing dari bahan pangan. Serta dituduh penyumbang kerusakan lingkungan,” masygul Prof Aman, sapaan akrabnya

Prof Aman kemudian memberi solusinya, yakni bahan bakar berbasis limbah, yaitu limbah minyak goreng, yang konsumerisme di Indonesia cukup tinggi. Menurutnya, minyak goreng idealnya cukup digunakan sampai tiga kali pakai. Selebihnya justru menyebabkan batuk dan kanker serta gangguan kesehatan lainnya.

“Demikian pula dengan limbah pabrik minyak kelapa sawit yang jika dikonsumsi akan berbahaya. Dibuang begitu saja juga berbahaya bagi lingkungan. Namun justru dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar,” ucapnya, memberikan solusi pemikirannya.

Menurutnya, hal ini peluang ekonomi, lantaran dapat dilakukan oleh home industri. Proses mudah dan tanpa alat khusus, serta teknologi yang dibutuhkan untuk pengolahannya sederhana. (rhd)

Sumber|https://seru.co.id/93644-um-tambah-empat-guru-besar