Teliti Mikroalga, Ciptakan Teknologi Mofement

Malang Post 19 Oktober 2016

Malang Post 19 Oktober 2016

Malang Post 19 Oktober 2016

Pemuda Malang Lolos 10 Besar Global Innovation Camp di Italia

Teliti Mikroalga, Ciptakan Teknologi Mofement

Sudah bukan hal asing, jika Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA) yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Namun, tidak semua manusia dapat memanfaatkan SDA tersebut dengan baik. Seperti mikroalga, organisme tumbuhan berukuran seluler yang bisa dijumpai di air tawar maupun air laut. Mikroorganisme terkecil tersebut memiliki segudang manfaat.

Jimy Candra Gunawan, Deby Yangin Drajat dan Fauzy Satrio Wibowo menemukan mikroalga dapat menjadi partikel terbaik demi kehidupan manusia. Bahkan, penelitian mereka lolos 10 besar dalam ajang Global Innovation Camp, Open Innovation in Agrifood di Turin, Italia, 19-23 September 2016.

Dalam ajang tersebut, Jimy, ketua kelompok yang berangkat ke Italia, mempresentasikan tentang sebuah teknologi yang dapat mengamati dan mengembangkan mikroalga, basil buah pemikiran bersama kedua rekannya yang lain, Deby dan Fauzy. “Sebenarnya ini ide bersama, cuman yang berangkat perwakilan saja. Kebetulan sayaketuanya, jadi saya yang berangkat,” ujamya kepada Malang Post.

Di negara yang terkenal dengan kuliner Pizza itu, Jimy menjelaskan mengenai manfaat mikroalga yang dapat digunakan sebagai kebutuhan pangan, karena mengandung banyak protein, di hadapan dewan juri dan pesaing dari negara lain. Jimy menjelaskan, kelompok mereka menamai produk teknologi dengan nama Mofement. Alat tersebut dapat difungsikan untuk mengangkat jumlah dan produktivitas mikroalga di Indonesia, khususnya dan di tingkat Asean pada umumnya.

Teknologi ini, lanjut alumni Universitas Negeri Malang (UM) itu„ dapat dimonitoring secara offline maupun online, bagi para peneliti yang tertarik mengembangkan mikroorganisme tersebut. “Karena teman saya, Fauzy dari jurusan Teknik Elektro UM, saya beri jobdesk untuk menambah unsur website, agar teknologi dapat berkembang yang dapat disinergikan dengan internet,” bebernya.

Hal ini untuk memudahkan pakar teknologi dalam mengamati mikroalga yang sedang dikembangkan, di mana pun dan kapan pun. Pria asli Malang, itu mengatakan, awalnya Deby, membuat penelitian terkait perkembangan mikroalga di Indonesia dan di dunia.

Berdasarkan penelitiannya itu, akhimya muncul sebuah masalah, bahwa ternyata orang Indonesia masih belum banyak yang memanfaatkan mikroorganisme yang kaya akan protein tersebut. Langkah berlanjut dengan tugas Fauzy, yang mengembangkan sebuah teknologi penelitian mikroalga yang dapat disinergikan dengan internet.

Produktivitas mikroalga tersebut dapat dipantau oleh para peneliti, baik offline dan juga online melalui website yang mereka buat dengan nama thingspeak.com yang berbasis internet of things. “Jadi pengguna bisa memonitor kondisi di lapangan lebih mudah, dimanapun dan kapanpun,” terangnya.

Sedangkan tugas Jimy sendiri adalah sebagai bisnis model untuk teknologi Mofement. Tugasnya, membuat rancangan bisnis terkait teknologi tersebut. Pria lulusan Bahasa dan Sastra Inggris UM itu mengatakan, saat berada di Itali ia hanya diberi waktu untuk presentasi selama lima menit.

“Karena belum berupa perusahaan, kami tidak lolos sampai tiga besar. Tapi setelah saya selesai. presentasi, ada empat orang yang memberi kartu nama kepada saya, mereka bilang tertarik dengan penelitian kami,” ungkapnya.

,Apresiasi dari keempat orang tersebut, diakui Jimy sebagai pelecut semangat tim untuk melesat lebih jauh lagi. Kini, ia dan kedua temannya sedang fokus mendalami teknologi tersebut, agar dapat merambah ke ranah bisnis dan bisa dimanfaatkan oleh beberapa industri.

Sayangnya, pemanfaatan mikroalga di Indonesia masih sampai pada tahapan laboratorium saja. Belum merambah ranah industri. Di tangan para pemuda tersebut, harapan akan segera menjadi nyata. Pasalnya sudah ada tiga orang asal Itali, sebagai calon yang akan mewujudkan keinginan mereka untuk kebutuhan masyarakat menjadi nyata.

Pada kenyataannya, isu terkait mikroalga sudah menjadi trending tropic di beberapa negara. Di China, misalnya, mikroalga dijadikan produk kosmetik dan suplement makanan yang baik untuk
kesehatan dan dapat mengurangi masalah mal nutrisi.

Tak hanya itu, di negara lain, seperti Meksiko dan Afrikan mikroalga malah digunakan sebagai makanan tradisional sehari-hari. “Sayangnya di Indonesia masih belum seperti itu, di Indonesia masih dalam skala laboratorium, belum terlalu banyak di sektor perusahaan,” katanya.

“Sejauh ini informasi yang kami dapatkan seperti itu, pengembangan mikroalga masih pada skalal penelitian di laboratorium saja,” tambah Jimy.Tak hanya itu, kendala lain yang teijadi adalah karena faktor cuaca dan penggunaan metode yang masih terbilang konvensional. Sehingga pemanfaatan mikroalga belum terlalu maksimal di Indonesia. Oleh karena itu, ia berharap dengan adanya teknologi Mofement, metode yang digunakan dapat lebih canggih.

Jimy mengatakan, mikroalga mempunyai kandungan sumber protein tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti tepung terigu dan dapat digunakan untuk makanan, yang berguna untuk meningkatkan kesehatan manusia.

Selain itu, mikroalga juga dapat menjadi energi terbarukan dan pengganti pupuk urea dan kompos, untuk petani. (alfiniapermata sari/han)

Leave a Reply

Your email address will not be published.