Swasembada Gula Mengapa Tidak

MENTERI Pertanian (Mentan). Dr. H. Shahrul Yasin Limpo,S.H., M.Si, M.H. memparkirakan produksi gula di tahun 2021 akan meningkat manjadi 2.24 juta ton dan sebalumnya2,1 Juta tor. Di tahun 2021 Ini Indonesia masih mengalami defisit gula di angka 600.000 ton.

Perihal di alas Prof. Dr. Puji Handayati. MM., Ak., CA., CMA, Wakil Dakan Bidang Umum, SDM dan Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang (UM) berpendapt. kurangnya produksi gula nasional Jelas berlawanan dangan kebutuhan gula nasional yang
makin besar. Pola makan penduduk yang berubah dan pertambahan penduduk yang signiflkan dalam satu dasa warsa terakhir  menyebabkan kebutubaan gula nasional sangat besar.

HARIAN DI’S WAY MALANG POST 2 Februari 2021

Kakurangan gula nasional inilah yang kamudian harus diatasi dengan kebijakan impor. Terlebih di era pandemi seperti Ini, kebijakan terkait impor gula sudah mulai di tinjau ulang.

Disatu sisi “impor gula” menjadi angin segar untuk manutupi dofisit gula nasional. Kita mangetahui babwa harga gula Impor relatif lebih rendah jika dibanding dengan harga gula lokal Akhirnya, tingginya volume gula impor tidak bisa di kendalikan.

Tingginya volume gula Impor Ini Juga meluas sampai di pasar tradisional juga. Yang terjadi di lapangan adalah gula impor memiliki kualitas dan mutu yang bagus Jika dibanding dengan gula lokal.

Kamudian didukung dengan harga yang jauh lebih murah, maka sacara otomatis hukum pasar barlaku yaitu masyarakat labih suka membeli gula Impor yang labih berkualitas dan murah. ketimbang gula nasional yang kualitasnya labih randah dan mahal Dampak dari hukum pasar Ini adalah semakin besar kerugian yang dialami oleh para petani tebu.

Hal ini disebabkan harga gula semakin jatuh, sementara ongkos produksi harus terus dikeluarkan. Inilah yang menjadi penyabab utama penumpukan stok gula lokal di daerah-daerah, Tarmasuk di Malang Raya yang penumpukanya mencapai 64 ribu ton.

“Salah satu penyebabnya adalah dampak dari adanya kebijakan Impor gula yang dilakukan pamerintah pusat. Kondisl Ini sangat manyulitkan petani lokal. ditambah dengan daya beli masyarakat yang manurun, sehingga semakin besar angka kerugian yang dialami petani tebu,’ ujamya

Menurut Puji Handayani. dibutuhkan langkah konkret untuk mengatasi hal ini. Salah satunya adalah swasembada gula. Yaitu, meningkatkan produksi dan produktlvitas tabu, mengurangi impor gula, dan menjaga stabilitas harga.

Terpisah Wakil Dekan Bidang Akadamlk Fakultas Pertantan Universitas Brawijaya Malang. Dr Sujarwo, Juga berpendapat bahwa manyelesaikan permasalahan gula nasional bukan perkara yang mudah. Ini karena banyak permasalahan Fundamental terjadi, sapert permasalahan pabrik gula dengan sistem pangelolaannya. efek negatif dan trading gula. juga efisiensi pasar dan gula itu sendiri. Kelemahan-kelemahan dalam sistem pasar menyulitkan intervensi dan parbaikan.

Ketika mekanlsme supply dan demand domestik terganggu oleh asimatri Informasi atau shock produksi. maka potensi penyelesaiannya adalah perdagangan (mengimpor jika shortage. atau membuang ke pasar intenasional atau manambah stok jika surplus). Jika impor tajadi dengan daya saing lebih baik dari produksi domestik. maka tingginya volume impor bisa manekan market share gula domestik karena kalah bersaing dengan impor.

Sebagai akademisi dan kabalulan dari Fakultas Peraanian. Sujarwo berharap ketika kita malihat di bagian hilir produksi gula Ini, mestinya pemerintah mulai intervensi untuk perbaikan mekanisme pasar. Semakin sedikit pelaku pasar gula. maka semakin berpotensi deviasi perilaku ke arah rent seeking.

Ini sangat tidak baik dalam jangka panjang. Efisiensi pasar akan lebih baik Jika tidak ada pelaku pasar yang mampu merguasai pasar dan barperan sebagai penentu harga. “Mekanisme pasar yang efisien diperlukan pasar bekerja dengan kekuatan supply dan demand-nya saja. Bukan oleh faktor kepentingan yang lain,’ pungkas Suiarwo.

Download HARIAN DI’S WAY MALANG POST 2 Februari 2021