Full Day School Bukan Berarti Seharian di Kelas

Malang Post 24 Oktober 2016 F

Malang Post 24 Oktober 2016

Malang Post 24 Oktober 2016

Full Day School Bukan Berarti Seharian di Kelas

MALANG – Wacana Full Day School (FDS) rupanya masih menjadi perbincangan hangat di dunia pendidikan. Suara pro dan kontra masih terdengar dari beberapa pihak, mewamai wacana tersebut. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, tak henti-henti meluruskan pemahaman masyarakat terkait konsep FDS. Seperti dalam kegiatan seminar yang diadakan Program Studi (PS) Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Universitas Negeri Malang (UM), Sabtu (22/10).

Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM itu mengatakan, wacana FDS merupakan fokusnya saat ini di bidang pendidikan karakter anak. “Jadi jangan dibayangkan full day itu dari jam 7.00 pagi sampai jam 5.00 sore di sekolah saja, makanya banyak yang kontra,” jelasnya.

Padahal, lanjut mantan RektorUniversitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu, lingkungan sekolah tak hanya berlaku asas formal saja,melainkan juga asas informal dibidang pembelajaran. Artinya, kataMuhadjir, pemberlakuan full day tak hanya menyoal kegiatan belajarmengajar formal dalam kelas dari pagi hingga sore hari.

“Masa sekolah tak hanya ada di dalam bangunan, di luar sekolah juga bisa menjadi domain pembelajaran juga,” terangnya.

Sehingga, lanjut Muhadjir, ada perspektif baru dalam pembelajaran. Oleh karena itu, lulus an PLS dibutuhkan dalam sekolah, untuk mempelajari alternative pembelajaran yang dilangsungkan di luar sekolah.

“Saya ingin mencoba mengenalkan berbagai macam konsep dan teori yang selama ini diterapkan mahasiswa PLS, agar menjadi bagian dari ilmu sekolah, agar membuka paradigma baru dalam kelas,” ucapnya.

Muhadjir mengatakan, FDS merupakan salah satu Program Penguatan Pendidikan Karakter (P3K) yang digagas oleh Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo, melalui janji Nawacita. Sasaran utama pendidikan karakter adalah pendidikan dasar, dengan prosentase 70 persen bidang SD dan 60 persen bidang SMP.

“Bukan full day nya yang penting tetapi program penguatan karaktemyayang mestinyajadi fokus utama masyarakat,” bebemya.

Program penguatan karakter tersebut, dalam jangkapanjang akan menjadi sistem organisasi belajar di
pendidikan dasar, terutama SD dan SMP. Kegiatan di luar sekolah, juga dikategorikan sebagai pengembangan pendidikan karakter.“Termasuk kegiatan di luar sekolah, tapi tetap menjadi tanggung-jawab sekolah, bisa ke museum, lapangan, atau ke tempat untuk penguatan keagamaan,”
tutupnya.(nia/oci)

Leave a Reply

Your email address will not be published.