Ater-ater Kupat Warga Tajinan

scan e mas joko0005_118 juli 2016, suya

Ater-ater Kupat Warga Tajinan

Artikel : NIDA ANISATUS SHOLIHAHStaf di MPIKA Universitas Negeri Malang

LEBARAN tak lengkap tanpa ketupat, makanan berbahan dasar beras yang dibungkus dalam anyaman janur muda sebagai pengganti nasi. Biasanya ketupat disantap dengan opor ayam, sambal goreng ati, telur petis, sayur manisa, hingga kikil pedas.

Makanan ini menjadi tradisi santapan idola halal bihalal saat Idul Fitri. Tradisi berbagi ketupat pun berbeda di setiap daerah. Ada yang berkumpul di mushala membawa ketupat dan lauk pauknya untuk dimakan bersama-sama.

Ada yang memasak ketupat untuk suguhan sanak kerabat yang berkunjung dirumah, hingga tradisi hantaran ketupat atau ater-ater kupat.

Ater-ater kupat ini kerap dilakukan masyarakat di desa, salah satunya di Desa Sumbersuko, Tajinan, Malang. Tradisi ini telah dilakukan selamapuluhan tahun untuk mempererat tali silaturahmi.

“Ater-ater kupat ini biasanya dilakukan sepekan setelah lebaran,” ungkap Nazila, warga Sumbersuko. “Kami saling mengirimkan ketupat ke saudara dan tetangga sekitar rumah,” lanjut ibu dua anak ini.

Ketupat atau kupat, konon diperkenalkan Sunan Kali Jaga kala itu, memiliki dua arti harfiah, ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat sikap).

Ngaku lepat atau mengakui kesalahan menandakan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain,

Sumber online; https;//m,tempo.co/read/news/2016/07/08/155786225/ empat sikap yang dimaksud adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan.

Lebaran artinya selesai, yakni selesainya waktu puasa selama satu bulan Ramadan.

Luberan berarti meluber atau melimpah dimaknai dengan ajakan bersedekah dengan mengeluarkan zakat fitrah.

Dengan bersedekah, harta bukannya berkurang, namun malah berlimpah.

Leburan berarti sudah habis dan lebur, maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis lewat saling bermaaf maafan.

Laburan dari kata melabur atau mengecat dengan kapur untuk memutihkan dimaknai menjaga kesucian lahir batin.

Nah, dengan ater-ater, masyarakat diajarkan untuk saling bermaaf-maafan. Oleh karena itu, ater-ater ketupat ini dilakukan setelah hari raya Idul Fitri, dan semua muslim berharap lebur dosa dan kesalahannya setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan, merayakan kemenangan melawan hawa nafsu dan setan, bersilaturrahmi ke saudara dan tetangga dengan menyantap berbagai makanan ringan, dan dilanjutkan dengan makan ketupat.(http://surahaya.tribunnews. com/2016/07/17/tradisi-ater-ater-kupat-warga-tajinan-malang)

Leave a Reply

Your email address will not be published.