25 Mahasiswa dari Amerika Diajari Masak Pecel Rawon

scan0002pecel_1

Koran Jawa Pos 21 Juni 2016

Koran Jawa Pos 21 Juni 2016

25 Mahasiswa dari Amerika Diajari Masak Pecel Rawon

Koran Jawa Pos 21 Juni 2016

MALANG KOTA – Universitas Negeri Malang (DM) kedatangan 25 mahasiswa dari Amerika. Mereka tidak hanya berkunjung, mereka juga ingin menghabiskan liburan musim panasnya di UM. Mereka mengikuti program CLS BIPA (Criti cal Language Scholarship Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing)
selama delapan minggu.

Direktur Institut BIPA Dr Gatot Susanin mengungkapkan, program CLS BIPA bekerja sama dengan American Council. Dari 26 negara yang tergabung, diwilayah Asia di antaranya ada Jepang, China,
India, dan Indonesia. “American Council memilih negara-negara itu karena menganggap negara yang bersangkutan mempakan negara-negara penting bagi Amerika,” ungkap Gatot. BIPA di Indonesia juga terpusat di UM dan tahun ini mempakan tahun ketujuh.

Program CLS diperuntukkan bagi mahasiswa Amerika yang ingin menghabiskan waktu Uburannya untuk belajar budaya negara lain dan langsung ditempatnya. Salah satunya di Indonesia. Sebelumnya mereka diseleksi melalui pembuatan esai dan wawancara. Program CLS BIPA UM setelah itu mewajibkan mereka untuk belajar bahasa dan budaya Indonesia selama lima jam dalam sehari.

Agar belajar lebih kondusif, Gatot membuat kelas kecil, di mana satu kelas hanya terdiri dari 7 mahasiswa. Dia mengungkapkan, ada yang berbeda dari tahun lalu, tahun ini para mahasiswa itu harus memilih dua dari enam ekstrakurikuler. Di antaranya gamelan, karawitan, dangdut, kuliner, pencak silat, dan batik. “Kalau dilihat sekilas setelah tahu ada ekstrakurikuler itu, mereka sepertinya condong ke kuliner,” ujarnya. Di bidang kuliner nanti, mereka tidak hanya dituntut untuk mengetahui makanan tradisional khas Indonesia. Mereka juga harus bisa memasak pecel, gado-gado, dan rawon. Mengenai tempat tinggal, peserta CLS tinggal di rumah warga sekitar UM. Tujuannya, agar peserta merasakan langsung budaya kehidupan keluarga di Indonesia dalam keseharian.

Salah satu peserta program CLS Bridget Johnson mengungkapkan, dia sangat penasaran dengan keanekaragaman budaya Indonesia. “Kalau di US (United State) saya cuma bisa baca berita, tidak tahu secara langsung,” kata mahasiswi Wisconsin University itu. Dia juga ingin bisa membuat nasi goreng dan gado-gado. (rae/c2/lid)

Leave a Reply

Your email address will not be published.