25 Mahasiswa Amerika Belajar Budaya di UM

 

Belajar Mahasiswa asing dari Amerika yang Akan Belajar Selama 8 Minggu di UM

Belajar Mahasiswa asing dari Amerika yang Akan Belajar Selama 8 Minggu di UM.  Koran Malang Post 21 Juni 2016

Koran Malang Post 21 Juni 2016

25 Mahasiswa Amerika Belajar Budaya di UM

“ AKU luwih iso ngomong boso Jowo ketimbang bahasa Indonesia,” ujar Mari Holmes, gadis asal Texas, Amerika Serikat saat memperkenalkan diri kepada Malang Post ketika ditemui di Universitas Negeri Malang(UM), kemarin.

Rupanya, mahasiswi Lowa University itu memiliki darah asli Indonesia dari sang ibu. Kedatangannya di UM dalam rangka mengikuti program Critical Languge Scholarship (CLS) yang diselenggarakan oleh Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) UM.

Mari yang lahir di Bangil, Pasuruan, sudah tidak tinggal di Indonesia selama 12 tahun. Praktis, kedatangannya kali ini selain pulang kampung, sekahgus mempelajari kembali budaya dan bahasa Indonesia yang berangsur hilang dari dalam dirinya.

“Oleh karena itu, ketika saya tahu ada program ini dengan mantap saya ingin ikut,” ujarnya dengan bahasa Indonesia terbata-bata.

Selama delapan minggu di Indonesia, Mari berencana mempelajari dua hal yakni memasak dan membatik. Sebagai orang dengan darah Indonesia, membuatnya merasa waj ib mempelajari bagaimana cara memasak dan membatik. “Dalam darah saya ada separuh Indonesia, masak orang Indonesia tidak bisa memasak makanan Indonesia dan membatik,” ungkapnya.

la mengaku, hal utama yang paling dirindukan dari Indonesia adalah budaya. Apalagi, sebagai seorang Muslim, mahasiswi jurusan English di Lowa University itu merasakan kehangatan suasana Ramadan di Indonesia. “Ibu kost saya membangunkan untuk sahur, untuk salat subuh, hal yang sangat jarang terjadi di Amerika,” ujarya dalam bahasa Inggris.

Sementara itu, Dr. Gatut Susanto, Institute Director BIPA UM mengatakan, dalam program CLS kali ini diikuti oleh 25 peserta dari Amerika Serikat, yang akan mempelajari bahasa dan budaya Indonesia selama delapan minggu. “Program ini kerjasama UM dengan American Counsil, perusahaan nirlaba
dari Wanshington DC, untuk memberi beasiswa kepada mahasiswa yang ingin mempelajari seluk beluk tentang Indonesia,” jelasnya.

Setelah beijalan selama kurang lebih tujuh tahun, ada hal berbeda dalam pelaksanaan CLS tahun ini. Gatut memaparkan, tidak mengelompokkan siswa berdasarkan kelas per kelas, seperti beginning,
intermediate, maupun level kelas tinggi lainnya. Melainkan,mengelompokkan pelajar berdasarkan nama ratu.

Ini dilakukan untuk membuktikan kepada mereka bahwa Indonesia, kaya akan sejarah yang patut dikenang sebelum masa kemerdekaan. “Kami ingin menlmjukkan asal muasal Indonesia, bahwa ini dulu adalah bumi Nusantara yang terdiri daribeberapa kerajaan,” tukasnya.

Para pelajar akan mempelajari bahasa Indonesia dan kebudayaan selama lima jam sehari, mulai hari Senin hingga Jumat. (nia/oci)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

%

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.